Selasa, 01 Mei 2012

Bagaimana Melatih Kewirausahaan Sejak Dini


                                          Melatih Kewirausahaan Sejak Dini


Nama   :Tarsih
NIM      :12120368
Kelas    :12.1B.14
Jurusan :Manajemen Informatika



Entrepreneurship / Kewirausahaan merupakan proses mengidentifikasi, mengembangkan dan membawa visi dalam kehidupan ( wikipedia ). kewirausahaan perlu di pupuk sejak dini untuk generasi muda guna melatih kemampuan membuka usaha untuk bekal nanti setelah terjun di masyarakat. Jiwa entrepreneurship yang di bangun sejak baik itu dari lembaga pendidikan maupun dari keluarga dan di dorong untuk selalu mandiri dalam segala hal akan melatih jiwa seorang anak bertanggung jawab terutama pada dirinya sendiri.
Belajar entrepreneurship memang bisa di lakukan kapan saja tergantung
dari minat seseorang yang mempunyai skill, namun perlu juga entrepreneurship di ajarkan dalam lembaga pendidikan tinggi yang mencetak generasi muda yang siap masuk dunia kerja. ini berguna untuk membekali mahasiswa dalam terjun dalam masyarakat. namun di negara kita ini hal itu belum sepenuhnya ada dalam perguruan tinggi dan kebanyakan sebuah perguruan tinggi hanya berorentasi mencetak tenaga kerja siap pakai bukan mencetak calon wirausaha-wirausaha yang membuka lapangan kerja. emang di sayangkan sekali hal ini terjadi mengingat negara indonesia yang jumlah penduduknya terbesar ke 4 di dunia jumlah entrepreneurship masih sedikit bahkan di bawah belum ada 5% dari jumlah penduduk dan jauh di bandingkan dengan Amerika Serikat, China. jiwa entrepreneurship dapat di gali dari masing masing individu-individu dengan inovasi – inovasi atas produk / barang, kreatif dalam mengolah barang , imaginatif yang semuanya dapat di latih.
wirausaha akan semakin terpatri pada jiwa seseorang bila sejak dini mulai ditanamkan. Nah, bagaimana menumbuhkan jiwa tersebut? Berikut tipsnya:
  • Kembangkan kreativitas.
Pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilah modal dasar untuk menjadi wirausahawan.
  • Modal penting lainnya adalah sikap bertanggung jawab.
Sisi positif lain dari pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung jawab pada semua hal yang dilakukan. Banyak yang menganggap bahwa jika banyak orang di Indonesia memiliki jiwa kewirausahaan, jumlah koruptor juga akan sedikit.
  • Ajaklah anak menuliskan atau menyebutkan kebutuhan dan keinginannya.
Bantu untuk memisahkan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang mutlak harus dipenuhi, sedang keinginan adalah kebutuhan sekunder/ tersier yang bisa dipenuhi, bisa juga tidak.
  • Orang tua perlu membekali diri dengan wawasan bisnis.
Karena pendidikan kewirausahaan untuk usia sekolah di Indonesia masih minim, orang tua harus mampu menjadi mediator dan fasilitator pembelajaran kewirausahaan. Misalnya memberi bacaan tentang kisah orang sukses di bidangnya. Anak dapat terinspirasi mengejar impian dan cita-citanya.
  • Latih wirausaha secara bertahap.
Latihan wirausaha ini bukanlah sesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilet training untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran di tempatnya, membersihkan kotorannya dan memakai kembali celananya.
  • Mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik.
Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uang tersebut, orang tua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu. Dengan demikian, anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Tanggungjawab, kreativitas dan mampu mengambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika jiwa wirausaha ditumbuhkan sejak dini. Sifat tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa.
Ramalan beberapa ahli tentang gambaran masa depan dunia yang menuntut munculnya jiwa wirausaha padatiap individu tak dapat disangkal lagi. Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negaramenuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua dan lingkungannya.

Peran orangtua dan guruWirausaha merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan membutuhkan banyakkreativitas. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulaiberinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini.Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawabatas apa yang dia lakukan.

Selain itu, peran lingkungan, semisal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Merekabisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatifmengajar dan membuat soal. â€oeBerikan kesempatan untuk berpikir alternatif.

Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, danselalu mencari sesuatu hal yang baru untuk bisa dikembangkan. Sementara kreativitas masih kurang dikembangkan. Padahal pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilahmodal dasar untuk menjadi enterpreneur. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab. Sisi positifl ain dari pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung jawab pada semua hal yang dilakukan.

Latihan bertahap Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlahsesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilettraining untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahapdan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.

Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uangtersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu.Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.

Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan,namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtuaterhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli.Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainanatau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk membelikannya. Aturan ituharus sudah disepakati sejak awal.

Latihan seperti ini sudah dapat dilakukan sejak anak berusia dua tahun. Jangan anggap anak tidak mengerti apaapadengan mengatakan Ah, masih anak kecil Padahal sejak kecil pun anak sudah mampu berkomunikasi,tutur ayah satu orang putra ini.

Bisnis kecil-kecilanSetelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan berbisnis kecil-kecilan.Biasanya bisa dilakukan pada usia sekolah. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat diajarkan jual beli. Pada tahap ini anak diajarkan untuk mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu, dengan kata lain bisnis kecil kecilan.

Cara yang dipakai oleh David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, agaknya layak ditiru. Owen mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat Bank Ayah, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yangdikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh padaanak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.

Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu denganmengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambahsaldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis.Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.

"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and •.

Jadi sejak dini jiwa wirausaha baik untuk ditanamkan. Inti dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkancara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan.Sangat positif, bukan?

...............::Terima Kasih::.............

Tidak ada komentar: