Sabtu, 12 Mei 2012

mengubah impian irrasional menjadi rasional


Mengubah mimpi irrasional menjadi rasional

Berawal dari sebuah mimpi, suatu perubahan hidup yang lebih bergairah dan terarah akan terwujud. Disini saya tidak akan membahas lagi tentang step by step cara mengubah mimpi2 menjadi nyata,karena sudah banyak sekali dialog tentang hal tersebut. Berikut adalah beberapa cerita tentang orang-orang yang berhasil mengubah mimpinya dari irasional menjadi rasional.

Dikisahkan, pada tahun 1867, hiduplah seorang ahli teknik kelahiran Jerman bernama John Augustus Roebling. Ia bermimpi membangun sebuah jembatan yang menghubungkan Kota New York dan Long Island. Impian John tidak mendapat dukungan bahkan ditertawakan oleh banyak temannya. Mereka mengganggap proyek
bisa berbagi impian dengan anaknya, Washington Roebling. Washington juga seorang ahli teknik. Ayah dan anak itu berjuang bersama untuk mewujudkan impian itu.
 Ketika proyek itu baru berjalan beberapa bulan, terjadi kecelakaan yang fatal. Sayangnya, karena pertolongan yang terlambat, John Roebling tidak bisa diselamatkan. Sedangkan Washington, walaupun nyawanya selamat, tetapi mengalami cedera parah pada kepalanya yang mempengaruhi motoriknya. Washington menjadi lumpuh dan tidak mampu berbicara. Namun demikian, impaian ayahnya tentang jembatan tidak pernah padam dalam pikirannya.
 Suatu hari, saat Washington terbaring tidak berdaya di tempat tidurnya, ia melihat cahaya matahari melewati jendela kamarnya, menyilaukan dan menyakitkan mata. Segera ditutupnya kelopak matanya, dan saat itu pula, seakan Tuhan berbicara dengan pertanda, tiba-tiba muncullah sebuah kesadaran, "Hari ini aku masih bisa menikmati indahnya kilau mentari, artinya, Tuhan masih memberiku waktu untuk berbuat. Dan aku sadar, aku tidak boleh menyerah!" Dengan sekuat tenaga ia berkonsentrasi penuh dan berusaha untuk menggerakkan satu jarinya. Usaha yang dilakukan berulang-ulang dengan semangat dan konsentrasi penuh, ternyata tidak sia-sia. Dia berhasil menggerakkan jarinya! Perlahan-lahan, Washington mampu membuat kode untuk berkomunikasi dengan istrinya, Emily, melalui satu jari itu.
 Walaupun begitu perlahan pada awalnya, dengan cara seperti itulah, Washington memberi petunjuk kepada Emily untuk melanjutkan pembuatan jembatan. Semua instruksi diberikan kepada Emily dan kemudian disampaikan lebih lanjut kepada para pekerjanya yang setia membantu mewujudkan impiannya. Begitu berulang-ulang. Mereka melalui berbagai kendala yang tidak sedikit jumlahnya. Butuh waktu panjang untuk berjuang dengan semua sisa kekuatan dan ketegarannya, dan butuh waktu selama 13 tahun untuk mewujudkan impiannya. Akhirnya, pada tahun 1883, Jembatan Brooklyn (Brooklyn Bridge) berdiri megah di Kota New York, Amerika Serikat.

Betapa luar biasanya kekuatan pikiran manusia! Pikiran manusia bisa membuat hidup menjadi sengsara atau bahagia, gagal atau sukses, biasa-biasa saja atau luar biasa. Kalau kita mengikuti pikiran yang negatif, maka kehidupan kita isinya akan negatif pula - hidup penuh kecemasan, pasif, ketakutan dan kekurangan. Namun jika kita mampu mengembangkan pikiran yang positif, optimis, dan senantiasa berpengharapan yang positif, serta punya komitmen tinggi dalam mewujudkan segala impiannya, maka kita akan hidup penuh gairah, syukur, gembira, sukses, dan bahagia... setiap hari.

Ada pepatah bilang, “gantungkan mimpimu setinggi langit”. Artinya, bermimpilah setinggi-tingginya. Maka, kalau kita tak sampai pada mimpi kita pun, niscaya tempat yang tinggi lah yang kita jejaki. Berbeda dengan mimpi yang tidak tinggi, maka jatuhnya akan dekat dari tanah dan cepat sakit. Jatuh dari langit, memang jatuh juga, tapi akan lebih bermartabat, bernilai, dan waktu melayangnya pun lebih lama.
Namun, bukan untuk jatuh, bermimpi adalah melakukan usaha-usaha yang merupakan proses perwujudan mimpi tersebut. Masalahnya, ketika kita memimpikan suatu hal setinggi langit, sering orang menganggapnya irrasional, gila, atau terlalu mengkhayal. Padahal, mimpi itu berawal dari irrasional. 

Contoh saja, seorang Bill Gates yang bermipi pada tahun 1974 seperti ini, “30 tahun dari sekarang setiap rumah sudah memiliki komputer yang saling terhubung satu sama lain.” Padahal, ketika itu komputer tercanggih di dunia seukuran lemari es 8 pintu baru ada di dua tempat, yaitu NASA dan Departemen Pertahanan Amerika. Coba bayangkan, kalau ada orang pada zaman itu bermimpi demikian, pasti dianggap aneh, gila, dan sebagainya. Namun dengan berpedoman dengan mimpinya, akhirnya seorang Bill Gates berhasil membuktikannya. Tidak salah, komputer kini sudah berukuran sangat mini dan terhubung oleh jaringan internet yag ada di mana-mana.

Satu lagi, mimpi ajaib yang berasal dari ilmuwan muslim. Adalah Ibnu Firnas, seorang ulama pada abad 9 M memiliki mimpi bahwa manusia bisa terbang. Akhirnya, ia membuat konsep sayap pertama kali di muka bumi, bahkan sebelum Wright bersaudara muncul di permukaan bumi. Dengan sayap yang ia pakaikan di tubuhnya inilah, ia akhirnya melakukan penerbangan pertama kali seorang manusia yang berhasil dilakukan dari atas menara Cordoba. Sekali lagi, yang dikatakan orang-orang kepada Ibnu Firnas saat itu adalah gila, sinting, tidak waras. Namun sekali lagi, mimpinya yang pada saat itu irrasional bagi orang sezamannya menjadi hal yang biasa saat ini. Pesawat terbang yang membawa manusia di dalamnya saat ini sudah ada di mana-mana dan menjadi hal yang rasional.

Satu lagi. Seorang Andrea Hirata yang bermimpi menaklukkan University of Sorbonne. Padahal kondisi sekolah dan lingkungan di Belitong, tempat kelahirannya sungguh memperihatinkan. Apa anggapan orang-orang Belitong ketika tahu bahwa impian si ‘Ikal’ adalah melanjutkan kuliah di prancis? .

Gila, tidak masuk akal, pemimpi, dan lain-lain. Tapi, justifikasi semacam ini tidaklah benar, kawan. pada akhirnya, orang yang bermimpi sejak awal lah yang dapat menikmati terwujudnya mimpi-mimpi itu. Jadi tidak ada mimpi yang tidak mungkin terjadi.



dunia-motivasi.blogspot.com
andriwongso.com

DWI TIANI
12120862
12.1B.14 
manajeman informatika
BSI Karawang

Tidak ada komentar: