Senin, 04 Juni 2012

Kedudukan Pengetahuan dalam Manajemen

Manajemen Pengetahuan ( Knowledge Management )
 Adalah kumpulan perangkat, teknik, dan strategi untuk mempertahankan, menganalisa, mengorganisir, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman. Pengertian dan pengalaman semacam itu terbangun atas pengetahuan, baik yang terwujud dalam seorang invidu atau yang melekat di dalam proses maupun aplikasi nyata suatu organisasi.
Fokus dari Manajemen Pengetahuan adalah untuk menemukan cara – cara baru untuk menyalurkan data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi pengetahuan.
Cut Zurnali (2008) mengemukakan istilah Knowledge Management pertama sekali di gunakan oleh Wiig pada tahun 1986. Hal ini menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan intellectual asset kedalam enduring value. Knowledge Management merupakan kekhususan organisasi (Organization-specific), dimana perhatian dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan Organizational Knowledge assets kepada tujuan – tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge Management bukan merupakan sesuatu yang lebih baik (Better things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih baik (Things better).
Konsep Sistem Pengetahuan Management ( Knowledge Management System Conceptual )
Berdasarkan pendapat Denise (2007), Nonaka dan Takeuchi (1995), Sarvary (1999), Choo (1998), Davenport et al (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008) mencoba mengunkapkan model konseptual sistem Knowledge Management. Model yang di kemukakan memperhitungkan pengetahuan individual (Individual Knowledge) sebagai starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian. Dan sejak informasi telah menjadi bahan dasar (raw material) dari pegangan pengetahuan individual, maka ia merupakan landasan dasar dari organisasi pengetahuan (Knowledge Organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan individual yang muncul meruapakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan pengalaman dalam sebuah kontek yang pasti (Certain Context). Selanjutnya perlu di pertimbangkan juga pentingnya mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang ada.
Lebih lanjut lagi Cut Zurnali menambahkan bahwa untuk menciptakan pengetahuan organisasional maka penegtahuan individual yang terdiri dari dua dimensi: (a taci dimension dan an explicit dimension) harus di ekstrenalisasikan. Penciptaan pengatehuan organisasional terjadi melalui konversi yang dikombinasi dari setiap kedua dimensi, jadi mempromosikan pembelajaran kelompok dan penyebaran kepada seluruh level organisasional. Proses pertranformasian informasi ke dalam pengetahuan di tempatkan dalam tingkat internal invidual, mencakup reflection, interpretation dan connection untuk later pratical experimentation dalam kontek tepat.
Oleh karena itu Cut Zurnali mengemukakan tujuan dari Knowledge Management adalah untuk menginplementasikan tindakan agar dapat memasok landasan pengetahuan organisasional yang untuk selanjutnya dapat mempromosikan pencapaian dari proses dimana landasan dari model konseptual manajemen ditujukan.
Menurut Cut Zurnali (2008). Model Conceptual Knowledge Management menyajikan enam phase dari pelajaran pengetahuan yaitu:
1.      Penciptaan arti atau visi bersama dari tujuan pengembangan pengetahuan
2.      Penyediaan informasi
3.      Penginduksian pemprosesan internal bagi penciptaan pengetahuan individual
4.      Pengkonversian pengetahuan individual kedalam pembelajaran kelompok
5.      Penyebaran pengetahuan ke level organisasional lainnya
6.      Pengaplikasian pengetahuan secara praktis

Menurut Cut Zurnali, cakupan yang muncul dari Knowledge Management secara luas memfokuskan pada tiga arus utama yaitu :
1.      Landasan Pengetahuan (the nature of knowledge)
2.      Aspek – aspek manajerial dan organisasional dari implementasinya (the organizational and managerial aspect of its implementation)
3.      Cara dan maksud penciptaan dan penggunaan sistem pengelolaan pengetahuan (the ways and means of creating and utilizing Knowledge Management System)
Jadi usaha keras organisasi untuk mengumpulkan dan menyediakan informasi tidak  menjamin pemprosesan dan akses individual, oleh karena itu, tindakan yang menstimulasi akses dan menyebabkan pemprosesan informasi merupakan dasar dalam perputaran setiap tindakan praktis kedalam prilaku alamiah untuk dimasukan kedalam sebuah budaya organisasional (the organisational culture). Pengetahuan individual harus ditransfer kepada individu dan kelompok lain agar dapat mempromosikan pengetahuan organisasional. Untuk di transfer, pengetahuan harus di eksternalisasikan dengan memilikinya dan di internalisasikan dengan kekurangannya, dimana penerapan utamanya pada tacit knowledge, sehingga para kompotitor sulit menirunya. Nonaka dan Takeuci (1995) dalam Cut Zurnali (2008) menyatakan, transformasi pengetahuan individual ke dalam pengetahuan oragnisasional terjadi melalui sosialisasi (socialization), eksternalisasi (externalization), internalisasi (internalization), dan kombinasi (combination), oleh karena itu setiap proses dapat menempatkan transformasi pengetahuan tersebut dari orang ke orang dan dari kelompok ke kelompok.
Dengan demikian Kedudukan Pengetahuan dalam Manajemen itu sangat penting karena pengetahuan manajemen (knowledge management) akan membuat berbagi informasi (shared information) tersebut menjadi bermanfaat. Knowledge Management termasuk strategi dari tanggung jawab dan tindak lanjut (comitment), baik untuk meningkatkan efektifitas organisasi maupun untuk memanfaatkan peluang/kesempatan.(Nurajizah/11111077/11.2C.14)

Tidak ada komentar: