Manajemen Pengetahuan ( Knowledge Management )
Adalah kumpulan perangkat,
teknik, dan strategi untuk mempertahankan,
menganalisa,
mengorganisir, meningkatkan, dan membagikan pengertian dan pengalaman.
Pengertian dan pengalaman semacam itu
terbangun atas
pengetahuan, baik yang terwujud dalam seorang invidu atau yang melekat di dalam
proses maupun aplikasi nyata suatu organisasi.
Fokus dari
Manajemen Pengetahuan adalah untuk menemukan cara – cara baru untuk menyalurkan
data mentah ke bentuk informasi yang bermanfaat, hingga akhirnya menjadi
pengetahuan.
Cut Zurnali
(2008) mengemukakan istilah Knowledge
Management pertama sekali di gunakan oleh Wiig pada tahun 1986. Hal ini
menyatakan secara tidak langsung proses pentransformasian informasi dan
intellectual asset kedalam enduring value. Knowledge Management merupakan kekhususan organisasi (Organization-specific), dimana perhatian
dasarnya adalah ekploitasi dan pengembangan Organizational
Knowledge assets kepada tujuan – tujuan organisasi selanjutnya. Knowledge
Management bukan
merupakan sesuatu yang lebih baik (Better
things), tapi untuk mengetahui bagaimana mengerjakan sesuatu dengan lebih
baik (Things better).
Konsep Sistem Pengetahuan
Management ( Knowledge Management System Conceptual
)
Berdasarkan
pendapat Denise (2007), Nonaka dan Takeuchi (1995), Sarvary (1999), Choo
(1998), Davenport et al (1998), dan Zarifian (1999), Cut Zurnali (2008) mencoba
mengunkapkan model konseptual sistem Knowledge
Management. Model yang di kemukakan memperhitungkan pengetahuan individual
(Individual Knowledge) sebagai
starting point bagi penciptaan pengetahuan keorganisasian. Dan sejak informasi
telah menjadi bahan dasar (raw material)
dari pegangan pengetahuan individual, maka ia merupakan landasan dasar dari
organisasi pengetahuan (Knowledge
Organization). Cut Zurnali (2008) menambahkan bahwa pengetahuan individual
yang muncul meruapakan kombinasi dari informasi, interpretasi, refleksi, dan
pengalaman dalam sebuah kontek yang pasti (Certain
Context). Selanjutnya perlu di pertimbangkan juga pentingnya mengaitkan
informasi baru dengan pengetahuan yang ada.
Lebih lanjut
lagi Cut Zurnali menambahkan bahwa untuk menciptakan pengetahuan organisasional
maka penegtahuan individual yang terdiri dari dua dimensi: (a taci dimension dan an explicit dimension) harus di
ekstrenalisasikan. Penciptaan pengatehuan organisasional terjadi melalui
konversi yang dikombinasi dari setiap kedua dimensi, jadi mempromosikan
pembelajaran kelompok dan penyebaran kepada seluruh level organisasional.
Proses pertranformasian informasi ke dalam pengetahuan di tempatkan dalam
tingkat internal invidual, mencakup reflection,
interpretation dan connection untuk later pratical experimentation dalam kontek tepat.
Oleh karena itu
Cut Zurnali mengemukakan tujuan dari Knowledge
Management adalah untuk menginplementasikan tindakan agar dapat memasok
landasan pengetahuan organisasional yang untuk selanjutnya dapat mempromosikan
pencapaian dari proses dimana landasan dari model konseptual manajemen
ditujukan.
Menurut Cut
Zurnali (2008). Model Conceptual
Knowledge Management menyajikan enam phase dari pelajaran pengetahuan
yaitu:
1.
Penciptaan arti atau visi bersama dari tujuan
pengembangan pengetahuan
2.
Penyediaan informasi
3.
Penginduksian pemprosesan internal bagi penciptaan
pengetahuan individual
4.
Pengkonversian pengetahuan individual kedalam
pembelajaran kelompok
5.
Penyebaran pengetahuan ke level organisasional lainnya
6.
Pengaplikasian pengetahuan secara praktis
Menurut Cut
Zurnali, cakupan yang muncul dari Knowledge
Management secara luas memfokuskan pada tiga arus utama yaitu :
1. Landasan
Pengetahuan (the nature of knowledge)
2. Aspek – aspek
manajerial dan organisasional dari implementasinya (the organizational and managerial aspect of its implementation)
3. Cara dan maksud
penciptaan dan penggunaan sistem pengelolaan pengetahuan (the ways and means of creating and utilizing Knowledge Management
System)
Jadi usaha
keras organisasi untuk mengumpulkan dan menyediakan informasi tidak menjamin pemprosesan dan akses individual,
oleh karena itu, tindakan yang menstimulasi akses dan menyebabkan pemprosesan
informasi merupakan dasar dalam perputaran setiap tindakan praktis kedalam
prilaku alamiah untuk dimasukan kedalam sebuah budaya organisasional (the organisational culture). Pengetahuan
individual harus ditransfer kepada individu dan kelompok lain agar dapat
mempromosikan pengetahuan organisasional. Untuk di transfer, pengetahuan harus
di eksternalisasikan dengan memilikinya dan di internalisasikan dengan
kekurangannya, dimana penerapan utamanya pada tacit knowledge, sehingga para kompotitor sulit menirunya. Nonaka
dan Takeuci (1995) dalam Cut Zurnali (2008) menyatakan, transformasi
pengetahuan individual ke dalam pengetahuan oragnisasional terjadi melalui
sosialisasi (socialization),
eksternalisasi (externalization),
internalisasi (internalization), dan
kombinasi (combination), oleh karena
itu setiap proses dapat menempatkan transformasi pengetahuan tersebut dari
orang ke orang dan dari kelompok ke kelompok.
Dengan demikian
Kedudukan Pengetahuan dalam Manajemen itu sangat penting karena pengetahuan
manajemen (knowledge management) akan
membuat berbagi informasi (shared
information) tersebut menjadi bermanfaat. Knowledge Management termasuk strategi dari tanggung jawab dan
tindak lanjut (comitment), baik untuk
meningkatkan efektifitas organisasi maupun untuk memanfaatkan
peluang/kesempatan.(Nurajizah/11111077/11.2C.14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar