Rabu, 02 Mei 2012


Bagaimana Mengubah Impian Dari Irasional Menjadi Rasional

Kita sebagai manusia pasti memiliki banyak impian. Ada yang memiliki impian mendapatkan pasangan seorang putri atau pangeran nan rupawan. Ada yang bermimpi menjadi seorang Presiden. Tak sedikit yang berfantasi terbang ke luar angkasa. Banyak juga yang impiannya sederhana saja, memiliki sebuah rumah yang cukup nyaman bagi keluarganya yang bahagia.
Karena ada dalam pikiran kita sendiri, bukan di dunia nyata, impian itu bebas tak terbatas. Dari impian irasional yang mustahil dapat diwujudkan sampai impian rasional yang lebih mudah terwujud. Impian irasional biasanya berupa khayalan-khayalan bagai di negeri dongeng yang tak ditemukan di dunia nyata. Bagi sebagian orang khayalan di pikirannya mungkin sebagai hiburan semata untuk sejenak melupakan dunia nyata. Bagi sebagian lagi, khayalan ini sangat penting karena berguna dalam profesinya, seperti seniman, novelis, sineas dan sebagainya.
Tentu tak semua orang suka berkhayal seperti itu. Mereka lebih suka membumi. Impian mereka rasional, dapat diwujudkan secara nyata. Berbeda dengan impian irasional yang tak terbatas oleh ruang dan waktu, impian rasional biasanya terbatas di masa yang akan datang di suatu tempat yang paling masuk akal didiami manusia.
Impian rasional adalah suatu keinginan manusia di masa depan yang mungkin dapat diwujudkan. Impian ini bisa berupa tujuan jangka panjang seperti cita-cita atau harapan-harapan besar dan tujuan jangka pendek yang bisa disebut harapan kecil.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut kita tentu harus melakukan berbagai tindakan nyata yang konsisten. Tindakan dan pekerjaan yang kita lakukan itu sudah pasti tidak singkat dan tidak mudah. Membutuhkan serangkaian proses yang panjang berliku-liku, naik turun bahkan jatuh bangun.
Dalam proses ini kita mengalami susah, senang, sedih, semangat, suka dan duka. Seandainya lebih banyak suka tentu tak banyak masalah bagi kita. Bagaimana kalau ternyata lebih banyak duka ? Sedangkan dalam kehidupan nyata umumnya kita mungkin lebih banyak merasa mengalami duka daripada suka. Jika kita kurang bijak dalam menyikapi, menghadapi dan mengatasinya maka impian yang indah bisa berubah menjadi mimpi buruk berkepanjangan.
Agar impian indah tidak menjadi mimpi buruk melainkan menjadi kenyataan yang membahagiakan, apapun proses yang kita alami suka duka, jatuh bangun atau naik turun nikmatilah dengan penuh rasa syukur dan keikhlasan kepada Sang Pencipta dan Pemilik Kehidupan. Proses yang kita lakukan ini berhasil atau tidak, tergantung dari cara kita memandang dan menilainya.
Contoh sederhana misalkan kita sekarang berada di Jakarta dan memiliki impian pergi ke Bali. Untuk mewujudkan impian itu, tindakan pertama tentu memilih transportasi yang akan digunakan. Ada pesawat terbang, bis, kereta api, mobil, sepeda motor, sepeda dan berjalan kaki. Kalau cukup memiliki uang kita pilih pesawat terbang. Pilihan ini bukan ingin bersombong ria, contoh transportasi lain kalau ditulis di sini bisa sangat panjang. Bisa jadi sebuah buku kisah suka-duka sebuah perjalanan.
Pesawat terbang proses perjalanannya memang relatif lebih cepat, mudah dan nyaman daripada pilihan transportasi yang lain. Tapi benarkah sangat mudah ? Ketika memesan tiket bisa saja kita kehabisan. Sudah dapat tiket berada di bandara mungkin saja mendadak penerbangan ditunda atau malah dibatalkan. Berhasil naik ke pesawat ternyata duduk di sebelah orang yang mabuk udara. Dalam perjalanan terbang sangat mungkin pesawat mengalami gangguan cuaca atau teknis. Bisa dibayangkan jika kita tidak menyikapi, menghadapi dan mengatasi semua keadaan buruk itu dengan bijak. Impian kita ke Bali berubah menjadi mimpi buruk yang menyebalkan bahkan mengerikan.
Kalau kita bijak. Ketika kehabisan tiket atau penerbangan ditunda, ikhlaskan saja siapa tahu Tuhan memang menghendaki kita menunda perjalanan karena kita belum benar-benar siap. Mungkin ada yang lupa terbawa atau barangkali perlu lebih mematangkan rencana. Kalau benar seperti itu syukurilah. Waktu duduk bersebelahan dengan orang yang mabuk udara, Ikhlaslah dan bersyukurlah Tuhan memberi kesempatan kita untuk membantu teman baru kita tersebut. Alih-alih tanpa diduga ternyata setelah ditolong, teman sebelah kita ini mau membantu akomodasi kita selama di Bali. Luar biasa bukan ? Pada saat pesawat mengalami gangguan cuaca atau teknis, Ikhlaskan sepenuhnya semua hidup mati kita kepadaNya. Bisa saja sebelum berangkat kita lupa kepada Tuhan. Lupa berdoa. Dalam situasi ini kita seperti diingatkan dengan keras agar tidak melupakan Kuasa Tuhan. Bersyukurlah Tuhan masih berkenan mengingatkan kita.
Sebelum sampai ke Bali, sebelum impian kita terwujud. Sebenarnya kita telah mendapatkan pengalaman yang luar biasa dalam proses menuju impian itu. Dilihat dari sudut pandang spiritual kita telah berhasil. Berhasil menemukan Keagungan Tuhan. Tentu pengalaman ini sangat membahagiakan.


Nama                    : Riko
NIM                       : 12120067
Kelas                     : 12.1B.14

Tidak ada komentar: