Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini
Jiwa wirausaha (entrepreneurship)
harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam
usia dini. Kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental.
Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat adanya
bakat atau hasil pendidikan.
Tanggungjawab, kreativitas dan mampu mengambil keputusan adalah sifat
yang akan muncul pada anak jika jiwa wirausaha ditumbuhkan sejak dini. Sifat
tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa.
Ramalan beberapa ahli tentang gambaran masa depan dunia yang
menuntut munculnya jiwa wirausaha pada tiap individu tak dapat disangkal lagi.
Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut
setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak
agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan
oleh orangtua dan lingkungannya.
Peran orangtua dan guru Wirausaha merupakan suatu usaha yang dilakukan
dengan penuh tanggung jawab dan membutuhkan banyak kreativitas. Rasa tanggung
jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak
mulaiberinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung
jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk
bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawabatas apa yang dia
lakukan.
Selain itu, peran lingkungan, semisal guru-guru, juga
berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam
membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus
kreatif mengajar dan memberikan kesempatan untuk berpikir
alternatif.
Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus,
intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, danselalu mencari sesuatu hal
yang baru untuk bisa dikembangkan. Sementara kreativitas masih kurang
dikembangkan. Padahal pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu
menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilahmodal dasar untuk menjadi enterpreneur.
Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab. Sisi positifl ain dari
pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung jawab pada semua hal
yang dilakukan.
Latihan bertahap Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak
memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlahsesuatu yang rumit.
Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya,
toilettraining untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai
anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai
kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahapdan mengajarkan anak
untuk bertanggungjawab.
Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu
mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai
untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uangtersebut,
orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang
benar-benar perlu.Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.
Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu
diajarkan bukan hanya cara membelanjakan,namun juga menabung, sedekah dan
mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtuaterhadap
aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu
kebutuhan yang akan dibeli.Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar
catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainanatau barang kebutuhan lain di
luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk membelikannya. Aturan
ituharus sudah disepakati sejak awal.
Latihan seperti ini sudah dapat dilakukan sejak anak berusia
dua tahun. Jangan anggap anak tidak mengerti apa- apadengan mengatakan Ah, masih
anak kecil Padahal sejak kecil pun anak sudah mampu berkomunikasi,tutur ayah
satu orang putra ini.
Bisnis kecil-kecilanSetelah anak diajarkan mengelola uang,
tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan berbisnis
kecil-kecilan.Biasanya bisa dilakukan pada usia sekolah. Pada usia ini, anak
biasanya sudah dapat diajarkan jual beli. Pada tahap ini anak diajarkan untuk
mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu, dengan kata lain bisnis kecil
kecilan.
Cara yang dipakai oleh David Owen, seorang penulis buku di
Amerika Serikat, agaknya layak ditiru. Owen mengisahkan tentang bagaimana ia
mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam
membelanjakan uang. Ia membuat Bank Ayah, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip
yangdikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan
kontrol keuangan secara penuh padaanak sebagai pengelola uang mereka sendiri.
Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas
mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.
Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan
kontrol secara tidak langsung, yaitu denganmengembangkan prinsip-prinsip
perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambahsaldo
tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar
tidak terkuras habis.Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan
berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi
daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola
sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang
sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini
menjadi media latihan berinvestasi pada anak anaknya. Owen sendiri berhasil
mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and •.
Jadi sejak dini jiwa wirausaha baik untuk ditanamkan. Inti
dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkancara untuk berusaha, memecahkan
permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan.Sangat
positif, bukan?
Demikian uraian dari saya Yuda Febrian Silitonga NIM 12121002 dari KELAS 12.14.1B semoga bermanfaat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar