Jumat, 27 April 2012

Bagaimana Melatih Kewirausahaan Sejak Dini


Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Sejak Dini

Jiwa wirausaha (entrepreneurship) harus ditanamkan oleh para orang tua dan sekolah ketika anak-anak mereka dalam usia dini. Kewirausahaan ternyata lebih kepada menggerakkan perubahan mental. Jadi tak perlu dipertentangkan apakah kemampuan wirausaha itu berkat adanya bakat atau hasil pendidikan. Tanggungjawab, kreativitas dan mampu mengambil keputusan adalah sifat yang akan muncul pada anak jika jiwa wirausaha ditumbuhkan sejak dini. Sifat tersebut merupakan modal bagi keberhasilan hidup anak saat ia dewasa.
Ramalan beberapa ahli tentang gambaran masa depan dunia yang menuntut munculnya jiwa wirausaha pada tiap individu tak dapat disangkal lagi. Persaingan global antar bangsa yang tak mengenal batas antar negara menuntut setiap orang untuk kreatif memunculkan ide-ide baru. Maka mempersiapkan anak agar mempunyai jiwa wirausaha, agaknya jadi satu hal yang penting dilakukan oleh orangtua dan lingkungannya.
Peran orangtua dan guru Wirausaha merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan membutuhkan banyak kreativitas. Rasa tanggung jawab dan kreativitas dapat ditumbuhkan sedini mungkin sejak anak mulaiberinteraksi dengan orang dewasa. Orangtua adalah pihak yang bertanggung jawab penuh dalam proses ini. Anak harus diajarkan untuk memotivasi diri untuk bekerja keras, diberi kesempatan untuk bertanggung jawabatas apa yang dia lakukan.
Selain itu, peran lingkungan, semisal guru-guru, juga berpengaruh terhadap pembentukan pribadi anak. Mereka bisa berperan dalam membuat anak agar bisa menjadi seorang enterpreneur. Untuk itu, guru harus kreatif mengajar dan memberikan kesempatan untuk berpikir alternatif.
Jiwa wirausaha juga memerlukan motivasi yang bagus, intelegensi yang cukup baik, kreatif, inovatif, danselalu mencari sesuatu hal yang baru untuk bisa dikembangkan. Sementara kreativitas masih kurang dikembangkan. Padahal pengembangan kreativitas akan membuat anak mampu menciptakan hal-hal baru. Kreativitas inilahmodal dasar untuk menjadi enterpreneur. Modal penting lainnya adalah sikap bertanggungjawab. Sisi positifl ain dari pengembangan sikap ini adalah terbangunnya rasa tanggung jawab pada semua hal yang dilakukan.
Latihan bertahap Menumbuhan sifat wirausaha pada diri anak memerlukan latihan bertahap. Latihan wirausaha ini bukanlahsesuatu yang rumit. Bentuknya bisa sederhana dan merupakan bagian dari keseharian anak. Misalnya, toilettraining untuk melatih anak yang masih ngompol. Tujuan akhirnya sampai anak mampu membuang kotoran ditempatnya, membersihkan kotorannya, dan memakai kembali celananya. Latihan itu dilakukan secara bertahapdan mengajarkan anak untuk bertanggungjawab.
Latihan selanjutnya adalah mengajarkan anak untuk mampu mengelola uang dengan baik. Terangkan pada anak, dari mana uang yang dipakai untuk membiayai rumah tangga. Jelaskan bahwa untuk mendapatkan uangtersebut, orangtua harus bekerja keras. Uang hanya boleh dipakai untuk kebutuhan yang benar-benar perlu.Dengan demikian anak akan menjauhi sikap konsumtif.
Dalam mengajarkan anak mengelola uang, latihan yang perlu diajarkan bukan hanya cara membelanjakan,namun juga menabung, sedekah dan mencari uang. Tentu saja cara ini memerlukan konsistensi orangtuaterhadap aturan. Misalnya, saat mengajak anak berbelanja. Catat terlebih dahulu kebutuhan yang akan dibeli.Orangtua harus konsisten untuk tidak belanja di luar catatan belanja. Bila anak mengamuk meminta mainanatau barang kebutuhan lain di luar catatan, maka orangtua harus konsisten untuk membelikannya. Aturan ituharus sudah disepakati sejak awal.
Latihan seperti ini sudah dapat dilakukan sejak anak berusia dua tahun. Jangan anggap anak tidak mengerti apa- apadengan mengatakan Ah, masih anak kecil Padahal sejak kecil pun anak sudah mampu berkomunikasi,tutur ayah satu orang putra ini.

Bisnis kecil-kecilanSetelah anak diajarkan mengelola uang, tahap selanjutnya si anak mulai dapat diajarkan berbisnis kecil-kecilan.Biasanya bisa dilakukan pada usia sekolah. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat diajarkan jual beli. Pada tahap ini anak diajarkan untuk mengenal usaha untuk mendapatkan sesuatu, dengan kata lain bisnis kecil kecilan.
Cara yang dipakai oleh David Owen, seorang penulis buku di Amerika Serikat, agaknya layak ditiru. Owen mengisahkan tentang bagaimana ia mampu mendorong anak-anaknya menjadi gemar menabung dan penuh perhitungan dalam membelanjakan uang. Ia membuat Bank Ayah, khusus untuk anak-anaknya. Prinsip yangdikembangkan dalam "Bank Ayah" adalah pemberian tanggungjawab dan kontrol keuangan secara penuh padaanak sebagai pengelola uang mereka sendiri. Uang anak adalah milik anak, bukan milik orang tua. Bahkan anak juga bebas mencari pendapatan di luar jatah uang saku yang telah mereka dapatkan.
Dalam hal ini "Bank Ayah" berperan dalam melakukan kontrol secara tidak langsung, yaitu denganmengembangkan prinsip-prinsip perbankan seperti bonus yang dapat menarik minat akan untuk menambahsaldo tabungan, juga saldo minimal, yang dapat membatasi jumlah pengambilan uang agar tidak terkuras habis.Dengan ini anak akan benar-benar bertanggungjawab dan berhati-hati dalam membelanjakan uangnya.
"Bank Ayah" ala David Owen ini tidak cuma menjadi daya tarik anak untuk menabung. Lebih dari itu "Bank Ayah" dikelola sebagai sarana pembelajaran dari praktik ekonomi kepada anak dengan bahasa yang sederhana. Dengan sedikit improvisasi, Owen mengubah "Bank Ayah" ini menjadi media latihan berinvestasi pada anak anaknya. Owen sendiri berhasil mendirikan sebuah perusahaan pialang saham yang bernama "Dad and •.
Jadi sejak dini jiwa wirausaha baik untuk ditanamkan. Inti dari kewirausahaan adalah bagaimana menanamkancara untuk berusaha, memecahkan permasalahan dan bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan.Sangat positif, bukan?

Demikian uraian dari saya Yuda Febrian Silitonga NIM 12121002 dari KELAS 12.14.1B semoga bermanfaat...
 

Tidak ada komentar: