Manusia di
dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan
membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini
merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari
hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam
kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan
masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin
dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada two-way-communications atau
komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan adanya
kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi,
maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut
terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial/kebudayaan. Hubungan
yang terjadi merupakan suatu proses adanya suatu keinginan masing-masing
individu, untuk memperoleh suatu hasil yang nyata dan dapat memberikan manfaat
untuk kehidupan yang berkelanjutan.
Hubungan
yang dilakukan oleh unsur pimpinan antara lain kelangsungan hidup berorganisasi
untuk mencapai perkembangan ke arah yang lebih baik dengan menciptakan hubungan
kerja sama dengan bawahannya. Hubungan yang dilakukan oleh bawahan sudah tentu
mengandung maksud untuk mendapatkan simpati dari pimpinan yang merupakan
motivasi untuk meningkatkan prestasi kerja ke arah yang lebih baik. Hal ini
tergantung dari kebutuhan dan cara masing-masing individu, karena satu sama
lain erat hubungannya dengan keahlian dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Bila sasaran
komunikasi dapat diterapkan dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah,
organisasi kemasyarakatan, maupun organisasi perusahaan, maka sasaran yang
dituju pun akan beraneka ragam, tapi tujuan utamanya tentulah untuk
mempersatukan individu-individu yang tergabung dalam organisasi tersebut.
Berdasarkan
sifat komunikasi dan jumlah komunikasi menurut Onong Uchyana Effendi, dalam
bukunya “Dimensi-Dimensi Komunikasi” hal. 50, komunikasi dapat digolongkan ke
dalam tiga kategori:
1. Komunikasi antar pribadi
Komunikasi
ini penerapannya antara pribadi/individu dalam usaha menyampaikan informasi
yang dimaksudkan untuk mencapai kesamaan pengertian, sehingga dengan demikian
dapat tercapai keinginan bersama.
2. Komunikasi kelompok
Pada
prinsipnya dalam melakukan suatu komunikasi yang ditekankan adalah faktor
kelompok, sehingga komunikasi menjadi lebih luas. Dalam usaha menyampaikan informasi,
komunikasi dalam kelompok tidak seperti komunikasi antar pribadi.
3. Komunikasi massa
Komunikasi
massa dilakukan dengan melalui alat, yaitu media massa yang meliputi cetak dan
elektronik.
Dalam
kehidupan organisasi terdiri dari berbagai unsur, yang mempunyai maksud dan
tujuan agar organisasi yang dimilikinya tetap dipertahankan dan diarahkan demi
untuk perkembangan yang lebih dinamis.
Pada
dasarnya komunikasi di dalam organisasi, terbagi kepada tiga bentuk:
1. Komunikasi vertikal
Bentuk komunikasi
ini merupakan bentuk komunikasi yang terjadi dari atas ke bawah dan sebaliknya.
Artinya komunikasi yang disampaikan pimpinan kepada bawahan, dan dari bawahan
kepada pimpinan secara timbal balik.
Fungsi komunikasi ke bawah digunakan
pimpinan untuk:
a. Melaksanakan kebijaksanaan,
prosedur kerja, peraturan, instruksi, mengenai pelaksanaan kerja bawahan.
b. Menyampaikan pengarahan
doktrinasi, evaluasi, teguran.
c. Memberikan informasi mengenai
tujuan organisasi, kebijaksanaan-kebijaksaan organisasi, insentif.
Seorang
pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi dengan bawahannya, dan memahami
cara-cara mengambil kebijaksanaan, terhadap bawahannya.
Keberhasilan
organisasi dilandasi oleh perencanaan yang tepat, dan seorang pimpinan
organisasi yang memiliki jiwa kepemimpinan. Kedua hal terseut merupakan modal
utama untuk kemajuan organisasi yang dipimpinnya.
Fungsi komunikasi ke atas digunakan
untuk:
a.
Memberikan pengertian mengenai laporan prestasi kerja, saran, usulan, opini,
permohonan bantuan, dan keluhan.
b.
Memperoleh informasi dari bawahan mengenai kegiatan dan pelaksanaan pekerjaan
bawahan dari tingkat yang lebih rendah.
Bawahan
tentulah berharap agar ide, saran, pendapat, tanggapan maupun kritikannya dapat
diterima dengan lapang dada, dan hati terbuka oleh pimpinan.
2. Komunikasi horizontal
Bentuk
komunikasi secara mendatar, diantara sesama karyawan dsbnya. Komunikasi
horizontal sering kali berlangsung tidak formal.
Fungsi
komunikasi horizontal/ke samping digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level
yang sama. Komunikasi ini berlangsung dengan cara tatap muka, melalui media
elektronik seperti telepon, atau melalui pesan tertulis.
3. Komunikasi diagonal
Bentuk
komunikasi ini sering disebut juga komunikasi silang. Berlangsung dari
seseorang kepada orang lain dalam posisi yang berbeda. Dalam arti pihak yang
satu tidak berada pada jalur struktur yang lain.
Fungsi
komunikasi diagonal digunakan oleh dua pihak yang mempunyai level berbeda
tetapi tidak mempunyai wewenang langsung kepada pihak lain.
Jadi pada
garis besarnya setiap organisasi kepemimpinan di dalam melaksanakan dan
kewajiban diperlukan pengertian yang sama diantara dua pihak yaitu atasan dan
bawahan. Karena hal tersebut akan lebih memberi dorongan semangat dan gairah
kerja untuk dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan,
artinya mengembangkan suatu kerja sama demi mewujudkan hasil kerja untuk
mencapai tujuan organisasi.
Melalui
jalur hierarkhi/tingkatan seorang pimpinan harus lebih memperhatikan komunikasi
dengan bawahannya secara baik, sehingga dapat membangkitkan minat dan gairah
kerja disertai komunikasi yang baik untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Dalam
penerapannya komunikasi dapat dilakukan secara formal dan informal. Umumnya
komunikasi formal ada dalam setiap organisasi dan dapat terjadi antar personal
dalam organisasi melalui jalur hirarkhi dengan prinsip pembagian tugas untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Komunikasi formal merupakan suatu sistem
dimana para anggotanya bekerjasama secara tepat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Komunikasi formal pada dasarnya berhubungan dengan masalah
kedinasan. Komunikasi informal adalah kebalikan dari komunikasi formal biasanya
terjadi dengan spontan sebagai akibat dari adanya persamaan perasaan,
kebutuhan, persamaan tugas dan tanggung jawab. Komunikasi informal pada
pelaksanaannya tidak terikat oleh waktu, ruang dan tempat, kadang-kadang
komunikasi informal lebih berhasil, dan peranannya tidak kalah penting, karena
dapat disampaikan setiap saat, asalkan bermanfaat untuk kemajuan organisasi.
Namun penyampaiannya kurang sistematis, karena pertumbuhan dan penyebarannya
tidak teratur.
Kadang-kadang
seorang pimpinan selalu beranggapan bahwa keberadaan organisasi informal
merupakan suatu hal yang janggal, yang merupakan akibat gagalnya komunikasi
formal yang memunculkan ketidakstabilan organisasi formal. Bentuk komunikasi
informal dapat berupa pertemuan yang tidak direncanakan, seperti: bertemu dan
ngobrol di kantin pada jam makan siang, di resepsi, atau pertemuan lainnya. Komunikasi informal ini mempunyai hal-hal
yang positif, seperti:
a. Bila
jalan yang ditempuh melalui komunikasi formal melewati hambatan, dengan
terpaksa digunakan komunikasi informal.
b. Dalam
suasana konflik dan penuh ketegangan.
c. Sebagai
sarana komunikasi.
Dari kedua
bentuk komunikasi tersebut di atas, setiap pimpinan harus dapat menempatkan
diri agar tidak timbul perasaan suka atau tidak tidak suka. Pimpinan harus
mencari dan melaksanakan nilai-nilai positif dari hubungan-hubungan tersebut.
Ukuran sukses tidaknya seorang pimpinan terletak pada bagaimana pimpinan
memadukan nilai positif yang dihasilkan dari komunikasi formal dan informal.
Setiap
bawahan dari suatu organisasi tentunya mempunyai motivasi. Adanya kebutuhan,
keinginan, ketegangan, ketidaksenangan dan harapan termasuk ke dalam motivasi.
Pimpinan
juga harus dapat memotivasi bawahannya, misalnya memberikan apresiasi,
perlakuan yang adil, dan suasana kerja.(Muklas Mena/12121327/12,1A,14)
|
Minggu, 22 April 2012
Komunikasi dalam Organisasi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar