Entah apa yang menguatkan langkahku hingga sampai ke tempat itu.,
Sebuah keyakinan, bahwa aku pasti akan mendapat sesuatu yang berharga, hanya itu.. Ya, awalnya aku dapat invite sebuah Event dari seorang kawan, “Gerakan Pemuda Indonesia untuk Kedermawanan Sosial”, itulah judul acara yang hari ini aku hadiri..Kaki mulai kuayunkan dari rumah sekitar pukul 07.30 WIB. Tujuan pertamaku adalah Bank, aku ingin transfer uang kepada temanku yang ada di Bandung,, Auditorium FEUI, disanalah diselenggarakannya acara tersebut. Dengan penuh semangat dan keyakinan, aku turun dari angkot dan berjalan dari kober seingatku Fakultas Ekonomi tidak jauh dari stasiun UI.. setelah beberapa tetes keringat mengalir di dahi, akhirnya aku sampai ke tempat yang aku tuju,, tapi sungguh tak dinyana tertulislah sebuah kata yang membuat aku shock! (maaf agak sedikit lebay) disana tertulis Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. waw, aku salah!! terpaksa aku mengambil jalan memutar menuju halte bis UI untuk menghindari sesuatu, malu.. setelah menunggu beberapa waktu akhirnya bis UI tiba, naiklah aku tanpa dosa, seperti anak UI,, tapi di dalam bis aku selalu memperhatikan jalan, jujur saja aku benar2 lupa lokasi FEUI berada.. bertanya?? nanti saja kalo sudah nyasar..ternyata hasil celingak-celingukku tidak sia-sia, akhirnya aku sampai ke tempat tujuan, lega…tapi tunggu dulu, dimana Auditorium?? sekali lagi, aku mengeluarkan ilmu pamungkasku, Sok Tahu..aku ikuti saja orang2 yang sedang berjalan masuk, pikiriku mungkin mereka peserta juga.. tapi ternyata, ilmu pamungkasku tidak berkhasiat saat itu..terpakasa deh nanya orang..
Acara dimulai, tampillah sesosok pemuda berpenampilan ala pahlawan dalam film Star Wars lengkap dengan pedang cahayanya,, dengan dituntun panitia, orang itu memasuki ruangan dan berdiri di depan..
dialah seorang tuna netra yang akan menjadi pembicara utama pada acara ini, Eko Ramaditya Adikara
sebelum berbicara apa2, dia sudah membuatku kagum dan mengajarkan satu hal padaku..oh tidak, aku menangkap banyak hal.,tapi kusimpulkan dalam satu kata yang sering kita dengung2kan tapi lupa untuk diaplikasikan,Syukur dia tampil begitu percaya diri, senyum dan tawa tak pernah lepas dari bibirnya..
mulailah ia bercerita mengenai kehidupannya dalam banyak keterbatasan,, salah satunya adalah buta..
Ia sudah buta sejak lahir, dokter memvonisnya sebagai cacat lahir.. ia pun hidup dalam keluarga sederhana, bahkan bisa dibilang miskin hingga mandi saja harus pergi ke sumur.. sekali lagi teman aku tekankan, ia buta, tidak bisa melihat..namun tahukan teman2, kalau dia bisa mengerjakan berbagai hal, bahkan lebih baik dari kita yang bisa melihat..
*dia seorang composer music untuk console game di jepang
*dia bisa mengoperasikan komputer dengan sangat baik
*soal mengetik, pasti teman2 tidak dapat menandingi kecepatannya
*dia juga seorang penulis, motivator, nara sumber dalam berbagai acara
luar biasa bukan??
dalam seminar singkat itu, dia mencoba berbagi pengalaman hidup dan berbagi pengetahuan..di antaranya dia memberikan beberapa poin kepada kita untuk dapat menjadi manusia yang Powerfull!! ia selalu memakai prinsip2 ini untuk menjalani kehidupannya..
1. Bersyukur
inilah poin pertama yang selalu ia tekankan, bahwa buta bukanlah alasan untuk tidak berkarya.ia bersyukur atas semua yang menimpanya, termasuk mata yang tak melihat. ia tidak mengeluh, apa lagi menyerah.. ia selalu berusaha memberikan yang terbaik sesuai dengan apa yang dia bisa..
2. Yakin
Yakin bahwa dimana ada kemauan disitu ada jalan,,
3. Belajar
setelah kita yakin, maka belajarlah.. teruslah belajar
4. Lakukan
terakhir, lakukanlah..aku sering menangkap sebuah kalimat yang sangat suka ia katakan dalam ceritanya,
“Saya tetap melakukan bagian saya” mungkin kalimat itu bermakana, walaupun kesulitan dan kepayahan
datang silih berganti, tapi saya tetap melakukan apa yang saya yakini..teman..seorang yang buta saja bisa,
Keterbatasan dalam bidang ekonomi dan pendidikan, sekali lagi bukan
alasan untuk tidak bisa meraih kesuksesan. . Berbekal modal seadanya,
namun didukung tekad kuat dan semangat kerja keras pantang menyerah,
membuat mereka mampu menjadi "pahlawan" bagi diri sendiri dan keluarga,
juga bagi orang lain.
Salah satunya adalah Susi Pudjiastuti, potret sukses pengusaha wanita
tanpa jalur pendidikan formal. Merasa sekolah tidak bisa mengakomodasi
keinginannya, Susi Pudjiastuti memilih drop out saat kelas dua SMA dan
bekerja di pelelangan ikan di Pangandaran, Jawa Barat. Pilihan nekadnya
ini, ternyata mampu mengantarkan nasibnya menjadi juragan ekspor ikan
beromzet milyaran rupiah per bulan dan pemilik dari maskapai penerbangan
Susi Air dengan 12 pesawat Cessna Grand Caravan, hanya dengan modal
awal 750 ribu rupiah. Pada tahun 2000, Susi membuat terobosan baru
bidang pengangkutan ikan, yaitu dengan pesawat terbang untuk mempercepat
pengangkutan ikan segar. Namun, ide ini pun tak langsung berjalan mulus
pada awalnya. "Saya dibilang gila oleh pihak bank, saat mengajukan
kredit beli pesawat untuk mengangkut ikan dan lobster dari Pangandaran
ke Jakarta" kekeh Susi. Namun berkat lobi intensif dan sifat tak mudah
menyerahnya, rencana ini gol meski butuh waktu hingga 4 tahun hingga
disetujui salah satu bank.
Tekad yang keras untuk menjadi pengusaha juga menghinggapi benak
Budiyanto Darmastono. Lulusan D3 Akuntansi UGM yang berasal dari
keluarga guru ini, tak puas bekerja sebagai pegawai bidang akuntansi,
dengan penghasilan yang menurutnya "hanya begitu-begitu saja". Bersama
istrinya, Budiyanto terus berpikir keras mencari-cari bidang usaha yang
cocok dan bisa dikerjakan berdua. Ide bernas pun mampir di pikirannya
saat menyadari, bahwa bisnis kurir sangat potensial. Perusahaan di
bidang usaha courier service juga masih sedikit dan sebagian besar
dikerjakan secara manual. Bermodalkan uang 24 juta hasil meminjam
saudara dan temannya, Budiyanto menyewa sebuah rumah kontrakan untuk
dijadikan kantor bernama PT. NCS. Gagasan briliannya saat itu adalah
mengandalkan 2 komputer untuk mempercepat sistem database dan pelaporan.
"Saat itu saya lihat dari sejumlah perusahaan kurir, masih memakai
sistem manual. Maka saya berpikir bahwa sistem computerized pasti akan
lebih cepat, tepat dan dipercaya klien" ujar Budiyanto. Saat ini, berkat
kerja keras dan komitmen menjaga kepercayaan para klien, PT. NCS telah
memiliki 3000 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia dengan omzet
sekitar 9 miliar rupiah per bulan.
Sementara keputusan untuk tidak mengikuti jalur "mainstream" sarjana
saat ini, yaitu menjadi karyawan selulus kuliah, mendorong empat sekawan
dari Yogyakarta memilih berwiraswasta. Eko Yulianto, Fath Aulia
Muhammad, Asyari Tamimi dan Febri Triyanto tak malu-malu memulai usaha
berjualan stick singkong goreng. Bermodalkan sebuah gerobak berwarna
merah kuning bermerk Tela-tela, mereka berempat mampu menarik konsumen
penyuka cemilan gorengan. Obsesi mereka mengangkat derajat singkong
supaya "selevel" dengan cemilan impor, juga didorong alasan untuk
memberdayakan para petani singkong. Pengalaman berlari-lari mendorong
gerobak sambil menenteng wajan berisi minyak goreng karena dikejar-kejar
Satpol PP saat pertama kali berjualan, tak mematahkan semangat mereka.
Hanya dalam waktu 2 tahun, sekitar 1200 outlet Tela-tela di seluruh
Indonesia, telah memberikan omzet bagi 4 sekawan ini 2-3 Miliar per
bulan. (DESMITHA PUTRI/18110195/12.1B.24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar