Mencari dan memilih jenis usaha pernah saya rasakan seperti mencari jarum yang jatuh pada rerumputan,juga seperti mencari mutiara di lautan yang luas,luasanya lautan seperti halnya luas dan banyaknya peluang2 di sekitar kita,banyaknya tawaran peluang usaha ,kadang membikin kita juga pusing dan bingung bahkan dari sekian ribu peluang itu tak satupun yang kita realisasikan, Mengapa? lalu dimanakah sang mutiara bisnis itu ?
Tak bisa dipungkiri kadang saya sendiri sering menghakimi peluang2 yang berpotensi itu dengan pertanyaan2,bisnis ini cocok tidak dengan saya? laku tidak nantinya,bagaimana kalau bangrut ? perlu modal besar dan masih banyak lagi pertannyaan senada, yang ujung - ujungnya tidak ada satupun usaha yang pernah kita jalani,dan saya menyadarinya kemudian bahwa dalam bisnis itu harus dikedepankan adalah "Take Action" mungkin kata lainnya berbisnis bukan hanya dibayangkan tapi harus dilakukan, Walaupun dalam hal ini saya tidak mengesampingkan masalah survey dan uji kelayakan sebelumnya,tetapi jangan berlebihan dalam hal ini, singkatnya Realistis dengan kondisi yang ada.
Nah itulah setidaknya yang pernah saya rasakan ketika memulai usaha makanan pada tahun 1999.
Bagaimana dengan Anda sendiri?
Dalam memulai bisnis banyak cara yang bisa kita lakukan dewasa ini dari membeli bisnis waralaba,BO atau peluang usaha,kerjasama,ataupun memulai bisnis sendiri yang bermula dari hobi,latar belakang pendidikan,pekerjaan dsb,semua itu merupakan potensi2 yang bisa dilakukan,tinggal kita yang memilihnya dengan disesuaikan kondisi kita saat ini,bermodal cukup atau kurang ?
Untuk menambah semangat kita tetap berbisnis atau yang baru akan melangkah merintis bisnis ,akan saya paparkan kisah pebisnis yang"merintis bisnis dari nol" dimana type ini merupakan kisah nyata yang favorit bagi saya dibandingkan dengan kisah orang sukses dari waralaba ,karena nilai perjuangannya,kiat,keyakinan,kegigihan dan etos kerjanya akan lain,artikel ini saya ambil dari koran sinar harapan semoga bermanfaat.
Merintis usaha dari nol. Itulah awal keberhasilan yang kini dirasakan oleh Kuncono. Berawal dari hobi membuat hiasan lampu yang berbahan baku kayu dan kain, tanpa disangka mampu melambungkan nama Kuncono, hingga ke sejumlah negara mendunia.Usaha membuat hiasan lampu ini diawali secara tidak sengaja.
Pada 1993, pabrik tekstil tempat Kuncono bekerja melakukan rasionalisasi karyawan. Kuncono termasuk salah satu di antara sekian banyak karyawan yang terkena PHK. Dengan pesangon sebesar hanya Rp 400.000, Kuncono sempat kebingungan. Pesangon yang tergolong kecil ini tentu saja tidak akan mampu mencukupi kebutuhan hidup istri dan ketiga anaknya.Di tengah kebingungan tersebut, muncul gagasan untuk membuka usaha kerajinan hiasan lampu meja. “Saya memang punya hobi membuat hiasan lampu. Tapi tak pernah terbersit produk dari hobi saya ini bisa mendatangkan rezeki melimpah,” kata Kuncono. Dari uang pesangon sebesar Rp 400.000 tersebut, sebanyak Rp 250.000 dipergunakan untuk modal. Ia pun membeli kayu untuk dibuat lampu hias.
Persisnya hiasan lampu buatan Kuncono ini berupa dudukan penyangga lampu meja.Setelah jadi, Kuncono menawarkan kepada beberapa teman dekatnya. Saat itu untuk sebuah hiasan lampu, Kuncono menjualnya rata-rata Rp 50.000. Respon teman-temannya ternyata cukup bagus. Dalam waktu tidak lama, hiasan lampu buatan Kuncono laku keras. Bahkan melalui teman-temannya, mulailah banyak pesanan dari orang lain.
Pemasaran melalui mulut ke mulut ini membuat hiasan lampu yang dibuat Kuncono semakin dikenal oleh masyarakat.Pasar produk hiasan lampu Kuncono.kini tidak lagi hanya dipasarkan di kawasan Griya Bandung Asri, tempat tinggalnya. Hiasan lampu Kuncoro pun mulai dipasarkan di Kota Bandung dan sekitarnya. Tak puas dengan pasar di dalam Kota Bandung, Kuncono mencoba menembus pasar di daerah lain, antara lain, Jakarta, Surabaya dan Bali. Caranya, yakni dengan mengikuti berbagai pameran yang diselenggarakan di kota-kota tersebut. Cara ini terbukti berhasil. Produk hiasan lampu buatan Kuncono ini banyak diminati.
(Eulis nurjanah/12118967/12.1b.24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar