A. Pengertian dan Tujuan Investasi dalam efek
Efek atau dalam istilah bahasa inggris disebut security adalah merupakan suatu surat berharga yang bernilai serta dapat diperdagangkan .
Perusahaan
dapat menggunakan dananya untuk membeli investasi dalam bentuk efek
dengan tujuan memperoleh bunga ataupun keuntungan dari nilai jual,
selain itu investasi tersebut digunakan untuk menjaga likuiditas
perusahaan.
B. Pemain Efek
1. Emiten : perusahaan yang melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa
2. Investor : Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya pada perusahaan yang melakukan emisi
3. Lembaga penunjang : pendukung dalam beroperasinya pasar modal sehingga mempermudah emiten maupun investor.
C. Instrumen Efek
1. Obligasi
2. Saham biasa
3. Saham preferen
Ö Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan nilai nominal (nilai pari/par value)
dan waktu jatuh tempo tertentu. Sebelum tanggal jatuh tempo, investor
bisa menjual atau membeli obligasi baru tanpa harus memegangnya sampai
akhir. Ketika obligasi tersebut jatuh tempo, penerbit harus membayar
kepada investor sesuai dengan nilai dari obligasi tersebut beserta bunga
(Coupon) terakhirnya.
Obligasi
yang dikeluarkan pemerintah diantaranya melalui SUN (Surat Utang
Negara) yang jumlah nominalnya relative besar dan ORI (Obligasi Retail
Indonesia) yang jumlah nominalnya relative kecil
v Jenis-Jenis Obligasi
1. Obligasi Atas Unjuk (bearer bond)
Obligasi yang tidak memiliki identas pemiliknya
2. Obligasi Atas Nama ( registered bond)
Obligasi yang memiliki identitas pemiliknya
3. Obligasi dengan jaminan (secured Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu aktiva riil
4. Obligasi tanpa jaminan (unsecured Bond)
Suatu obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan aktiva riil tertentu
5. Obligasi Konversi (Convertible bond)
Obligasi yang dapat dialihkan menjadi kepemilikan (saham) setelah jangka waktu tertentu
6. Obligasi dengan bunga tetap
Bunga obligasi besarnya sama dari awal sampai dengan jatuh tempo
7. Obligasi dengan bunga mengambang
Obligasi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya disesuaikan dengn fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku
8. Obligasi tanpa bunga
Obligasi yang dijual dengan discounted, jadi yang diterima investor hanya sebesar nilai nominal dari obligasi tersebut
9. Obligasi tidak ada masa jatuh tempo
Obligasi
yang akan jatuh tempo jika perusahaan penerbit dilikuidasi dan selama
memegang obligasi tersebut investor akan memperoleh bunga
10. Obligasi pendapatan (Income Bond)
Obligasi yang hanya membayar bunga jika laba telah diperoleh
Tujuan
utama dari analisis efek dalam penilaian obligasi yaitu untuk
mengetahui “Rate Of Return” atau “Yield” yang diharapkan dari obligasi
tersebut. Besarnya rate of return yang akan dipertahankan sampai hari
jatuh temponya dapat dihitung dengan:
F – P
Rate Of Return = (C) (F) + n
P + F
2
Dimana :
C = Bunga tahunan dalam rupiah
F = Harga nominal dari obligasi atau jumlah yang akan diterbitkan
P = Harga pasar
n = Umur obligasi
Contoh :
Suatu
obligasi memiliki nilai nominal Rp 25.000, mempunyai harga pasar Rp.
15.000, dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun dan membayarkan coupon
sebesar 6% setiap tahunya. Berapa besar rate of return dari obligasi
tersebut jika obligasi akan dipertahankan sampai hari jatuh temponya ??
Jawab
25.000 – 15.000
Rate of return = 6 % (25.000) + 5
25.000 + 15.000
2
= 1500 + 2000
20.000
= 17.5%
Penentuan Nilai Obligasi
Nilai
obligasi didasarkan pada tingkat bunga yang sedang berlaku. Namun
apabila obligasi tersebut tidak memiliki masa jatuh tempo , maka nilai
obligasinya dapat ditentukan dengan mengkapitalisasikan bunga tahunan
atas dasar tingkat bunga yang berlaku pada saat itu.
Nilai Obligasi = R
I
Dimana :
R = Bunga tahunan
I = Discount rate
Contoh :
Obligasi
yang tidak mempunyai hari jatuh tempo, memiliki nilai nominal Rp 25.000
dan bunga setiap tahunnya Rp 5.000. Tingkat bunga yang berlaku 5%.
Berapa nilai obligasi tersebut berdasarkan kondisi pasar pada waktu ini ?
Jawab :
Nilai obligasi = Rp 5.000
0,05
= Rp 100.000
Berinvestasi
dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila
kita membeli obligasi, kita akan memperoleh bunga/coupon yang tetap
secara berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali
sampai waktu jatuh tempo. investasi ini mungkin akan menjadi investasi
terbaik karena fluktuasi performanya relatif lebih rendah dibanding
saham. tetapi perlu dipertimbangkan pula dalam memilih investasi tesebut
karena mengandung 4 masalah utama, diantaranya :
1. default risk
Penerbit
obligasi terkadang mengalami kesulitan untuk membayar coupon
obligasinya, bahkan kita tidak mendapatkan pendapatan dari kupon
seperti yang dijanjikan. Dan biasanya harga dari obligasi tersebut akan
menurun tajam. Risiko ini dikenal dengan default risk atau risiko gagal
bayar.
2. Naiknya Tingkat Suku Bunga
Bila tingkat suku bunga turun, harga obligasi akan naik. Akan tetapi bila suku bunga naik, harga obligasi tentunya akan menurun.
3. Risiko Pembelian Kembali
Ada beberapa jenis obligasi yang memiliki feature call, di mana perusahaan penerbit memiliki hak untuk membeli kembali (buy back) obligasi yang kita pegang atau kita miliki pada harga tertentu (call price),
sebelum obligasi tersebut jatuh tempo. Hal ini biasa dilakukan oleh
perusahaan penerbit saat tingkat suku bunga di pasar turun menjadi lebih
rendah dari tingkat pembayaran kupon (coupon rate). Selanjutnya
perusahaan penerbit akan menggantikan obligasi baru dengan tingkat kupon
yang lebih rendah dari obligasi yang telah ditarik (call).
Hal
ini dapat mengakibatkan ketidakpastian dalam pola arus kas yang akan
Anda terima. Selain itu, potensi untuk mendapatkan keuntungan dari
selisih harga beli dan jual atau capital gain juga akan berkurang,
karena harga obligasi di pasar tidak akan naik jauh dari call price yang
telah ditetapkan.
4. Biaya Investasi Tinggi
Walau
investasi obligasi berpotensi memberikan keamanan pada nilai investasi
Anda, kerugian mungkin saja terjadi bila Anda ingin menjualnya sebelum
jatuh tempo. Karena satuan jual beli instrumen investasi yang cukup
besar, umumnya Rp 1 miliar, bila kita hanya memiliki obligasi bernilai
Rp.250 juta, biasanya bila kita ingin menjualnya, kita harus mau
menerima nilai yang lebih rendah.
Hal
ini dikarenakan para pemain investasi ini umumnya adalah institusi
besar seperti bank, perusahaan asuransi, atau dana pensiun. Pasar
obligasi yang masih rendah (jumlah transaksinya) juga berpengaruh
terhadap potensi kerugian dikarenakan tingginya biaya yang harus
dikeluarkan.
Ö Saham Biasa
penerbitan
saham, memungkinkan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan pendanaan
jangka panjang untuk 'menjual' kepentingan dalam bisnis saham (efek
ekuitas) dengan imbalan uang tunai. Saham tersebut dijual melalui pasar
utama (Primary market )atau pasar sampingan (secondary market).
Salah satu tujuan masyarakat untuk membeli saham adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan cara:
v Meningkatnya nilai kapital (capital gain) untuk jangka pendek
v Mendapatkan dividen untuk jangka panjang
Saham Biasa Memiliki karakteristik:
· Hak suara pemegang saham, dapat memillih dewan komisaris
· Hak didahulukan, bila organisasi penerbit menerbitkan saham baru
· Tanggung jawab terbatas, pada jumlah yang diberikan saja
Saham – saham biasa :
ü Blue chip stock
saham
biasa yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin dalam
industrinya, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayar dividen saham.
Seperti PT Telkom Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), PT. Gudang Garam
Tbk (GGRM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan saham PT Astra
International Tbk (ASII). Selain itu, ada pula saham PT Bank Central
Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Rakyat
Indonesia (BBRI). saham-saham perusahaan besar yang kinerjanya kuat.
ü Growth stock
Saham dari perusahaan – perusahaan yang sedang berkembang.
ü Income stock
saham
suatu emiten dengan kemampuan membayarkan dividen lebih tinggi dari
rata-tara dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. Seperti PT Unilever Tbk (UNVR) dan saham-saham perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).
ü Speculative stock
saham
secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, mempunyai
kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, namun belum pasti
saham-saham
perusahaan yang tidak mampu memperoleh pendapatan secara konsisten dari
tahun ke tahun. Tapi, meskipun belum pasti, ia memiliki potensi untuk
bisa menghasilkan pendapatan tinggi di masa depan
ü Cyclical stock
Saham – saham dari perusahaan yang menghasilkan produk dengan life cycle pendek.
Tujuan
dari analisa investasi pada saham biasa adalah mengetahui “Rate of
return” dari saham tersebut yang berasal dari deviden plus capital
gains.
Rate Of Return = D1 + P1 – P0
P0
Contoh :
Suatu
saham biasa dibeli dengan harga Rp 10.000. pemodal mengharapkan cash
deviden tahun depan sebesar Rp 500 dan mereka juga mengharapkan bahwa
pada akhir tahun pertama seham tersebut akan dapat dijual dengan harga
Rp 10.500. Tentukan rate of return yang diharapkan dari saham tersebut ?
Jawab :
Rate of return = Rp 500 + (Rp 10.500 – Rp 10.000)
Rp 10.000
= 10 %
Rate of return yang diharapkan dari saham sebesar 10 % terdiri atas :
§ Unsur pendapatan yang berasal dari deviden 5 %
§ Unsur pendapatan dari capital gain 5%
Penentuan rate of return tersebut lebih sulit karena :
1. Forecasting dari pendapatan deviden dan harga saham di waktu yang akan datang merupakan hal yang sulit
2. Pendapatan dan deviden saham biasa diharapkan meningkat setiap tahunnya dan tidak tetap konstan.
Nilai investasi dari selembar saham biasa tergantung pada :
1. Jumlah pendapatan dalam rupiah yang diharapkan
2. Besarnya deviden yang diterima oleh investor
3. Ending price dari saham biasa ( harga permulaan + capital gain atau – capital loss).
Setelah
didapat data mengenai besarnya cash deviden yang diharapkan dari suatu
saham serta daa mengenai rate of return yang diharapkan oleh pemodal dan
estimasi harga saham pada akhir tahun pertama, maka kita dapat
memperkirakan harga saham tersebut pada waktu saat ini dengan rumus :
P0 = D1 + P1
1 + r
Contoh :
Suatu
saham akan memberikan cash deviden tahun depan sebesar Rp 600 dan
diperkrakan harga pada akhir tahun depan adalah Rp 10.500, sedangkan
rate of return yang diharapkan oleh pemodal adalah 12 %, maka harga
saham pada waktu ini adalah?
Jawab
P0 = Rp 600 + Rp 10.500
1 + 0,12
= Rp 11.100
1,12
= Rp 9.910
Jika diramalkan suaru trend pertumbuhan deviden dengan tingkat pertumbuhan, maka menentukan harga awal saham tersebut dengan :
P0 = D1
r – g
Contoh
Berapa
harga pasar suatu saham pada waktu ini yang akan memberikan deviden
pada akhir tahun pertama sebesar Rp 3.000 dan mempunyai laju pertumbuhan
deviden sebesar 6% per tahun, sedangkan tingkat pendapatan yang
diinginkan untuk saham tersebut 16% ?
Jawab :
P0 = Rp 3.000
0,16 – 0,06
= Rp 30.000
Jika pertumbuhan deviden yang akan berlangsung secara kontinyu maka rate of return dapat ditentukan dengan :
r = D1 + g
P0
Contoh
Berapa
rate of return dari suatu saham yang akan memberikan deviden pada akhir
tahun pertama sebesar Rp 2.500 dan harga pasar saham tersebut pada
waktu ini sebesar Rp 20.000 dan deviden tersebut mempunyai laju
pertumbuhan sebesar 6 % pertahun
Jawab
r = Rp 2.000 + 6%
Rp 20.000
= 18,5 %
Ö Saham Preferen
Saham preferen (Preferred stock) adalah bagian saham yang memiliki tambahan hak melebihi saham biasa. Ada beberapa jenis saham preferen, antara lain:
1. Saham
preferen partisipasi; saham preferen yang membagikan dividen kepada
pemegangnnya; pemilik saham ini setelah menerima deviden tetap mempunyai
hak untuk membagi keuntungan yang dinyatakan sebagai dividen kepada
pemegang saham biasa (participating preference shares).
2. Saham
preferen nonkumulatif; saham preferen yang tidak mempunyai hak untuk
memdapatkan dividen yang belum dibayarkan pada tahun-tahun yang lalu
secara kumulatif (noncummulative preferred stock).
Saham Preferen Memiliki karakteristik:
· Memiliki berbagai tingkat, dapat diterbitkan dengan karakteristik yang berbeda
· Tagihan terhadap aktiva dan pendapatan, memiliki prioritas lebih tinggi dari saham biasa dalam hal pembagian dividen
· dividen
kumulatif, bila belum dibayarkan dari periode sebelumnya maka dapat
dibayarkan pada periode berjalan dan lebih dahulu dari saham biasa
· Konvertibilitas, dapat ditukar menjadi saham biasa, bila kesepakatan antara pemegang saham dan organisasi penerbit terbentuk.
Saham preferen dianggap sebagai sekuritas hybrida karena memiliki sifat-sifat seperti saham biasa maupun obligasi, maksudnya:
Ø Memiliki
sifat seperti saham biasa karena dalam pembagian devidennya bias berupa
nihil atau nol jika laba perusahaan jatuh pada tingkat tertentu, selain
itu saham preferen merupakan penyertaankepemilikan dan dikeluarkan
tanpa adanya jatuh tempo.
Ø Memiliki sifat seperti obligasi karena adanya hak didahulukan atas laba, aktiva dan pendapatan yang biasanya tetap.
Besarnya Rate of Return dari saham preferen dapat ditentukan dengan rumus :
Rate of Return = deviden per lembar saham preferen
Harga Pasar
Dan untuk menentukan nilai dari saham preferen dengan menggunakan rumus :
Nilai = deviden preferen
Discount rate
Contoh :
Pada
tahun 2009 PT ABC mengeluarkan saham preferen dengan nilai nominal Rp
10.000 dan membayarkan deviden tahunan Rp 600 dengan harga pasar Rp 900.
Pada saat ini perusahaan tersebut sudah berkembang dan tingkat bunga
yang berlaku saat ini 6,2%. Tentukan rate of return dan nilai dari saham
preferen tersebut !
Jawab :
Rate of return = Rp 600
Rp 900
= 66, 67%
Nilai saham preferen = Rp 600
0,062
= Rp 9.677
(Rini Sri Wahyuni/10530051/Akuntansi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar