Kehidupan
sehari-hari kita sebenarnya adalah kehidupan yang selalu bergumul dengan
keputusan. Keputusan merupakan kesimpulan terbaik yang diperoleh setelah
mengevaluasi berbagai alternatif. Di dalam arti tersebut, terkandung unsur situasi
dasar, peluang munculnya situasi dasar, dan aktifitas pencapaian keputusan.
Lantas pertanyaannya, apakah setelah evaluasi alternatif serta merta begitu
saja hadir keputusan? Iya, secara rasional kesimpulan tersirat dalam
premis-premis sehingga hanya kepentingan perumusan saja. Walaupun berbagai
literatur yang memandang keputusan sebagai proses menampilkan tersurat kata
keputusan di dalam modelnya.
Dengan
demikian pengetahuan alternatif model, metode, aliran digunakan untuk penentuan
pegangan sendiri. Seperti berkenaan dengan ini saya sendiri lebih menyukai
cukup tiga aktifitas saja untuk sampai pada keputusan,yaitu: kehadiran tujuan,
aktifitas pencarian informasi atau alternatif, dan aktifitas evaluasi
alternatif. Banyak sedikitnya informasi yang dilakukan mempengaruhi kecepatan
dan kerumitan pengambilan keputusan. Untuk membeli sebuah ballpoint tidak sama
kecepatan dan kerumitan pengambilan keputusannya dengan membeli pesawat terbang
pribadi
A.Definisi
Pengambilan Keputusan
Pengambilan
keputusan sangat penting dalam manajemen dan merupakan tugas utama dari seorang
pemimpin (manajer). Pengambilan keputusan (decision making) diproses oleh
pengambilan keputusan (decision maker) yang hasilnya keputusan (decision).
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
Defenisi-defenisi Pengambilan Keputusan Menurut Beberapa Ahli :
- G. R. Terry
Pengambilan
keputusan dapat didefenisikan sebagai “pemilihan alternatif kelakuan tertentu
dari dua atau lebih alternatif yang ada”.
2. Harold Koontz dan Cyril O’Donnel
Pengambilan
keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif mengenai sesuatu cara
bertindak—adalah inti dari perencanaan. Suatu rencana dapat dikatakan tidak
ada, jika tidak ada keputusan suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau
reputasi yang telah dibuat.
3. Theo Haiman
Inti dari
semua perencanaan adalah pengambilan keputusan, suatu pemilihan cara bertindak.
Dalam hubungan ini kita melihat keputusan sebagai suatu cara bertindak yang
dipilih oleh manajer sebagai suatu yang paling efektif, berarti penempatan
untuk mencapai sasaran dan pemecahan masalah.
4. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan
Pengambilan
keputusan adalah suatu proses penentuan keputusan yang terbaik dari sejumlah
alternative untuk melakukan aktifitas-aktifitas pada masa yang akan datang.
5. Chester I. Barnard
Keputusan
adalah perilaku organisasi, berintisari perilaku perorangan dan dalam gambaran
proses keputusan ini secara relative dan dapat dikatakan bahwa pengertian
tingkah laku organisasi lebih penting dari pada kepentingan perorangan.
B.Teori
Pengambilan Keputusan
1.
Teori Rasional Komprehensif
Teori
pengambilan keputusan yang paling dikenal dan mungkin pula yang banyak diterima
oleh kalangan luas ialah teori rasional komprehensif. Unsur-unsur utama dari
teori ini dapat dikemukakan sebagai berikut :
- Pembuat keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain.
- Tujuan-tujuan, nilai-nilai, atau sasaran yang mempedomani pembuat keputusan amat jelas dan dapat ditetapkan rangkingnya sesuai dengan urutan kePentingannya
- Berbagai altenatif untuk memecahkan masalah tersebut diteliti secara saksama.
- Akibat-akibat (biaya dan manfaat) yang ditmbulkan oleh setiap altenatif Yang diPilih diteliti.
- Setiap alternatif dan
masing-masing akibat yang menyertainya,
dapat diperbandingkan dengan alternatif-altenatif lainnya. - Pembuat keputusan akan memilih alternatif’ dan akibat-akibatnya’ yang dapat memaksimasi tercapainya tujuan, nilai atau Sasaran yang telah digariskan.
Teori
rasional komprehensif banyak mendapatkan kritik dan kritik yang paling tajam
berasal dari seorang ahli Ekonomi dan Matematika Charles Lindblom (1965 , 1964′
1959)’ Lindblom secara tegas menyatakan bahwa para pembuat keputusan itu
sebenarya tidaklah berhadapan dengan masalah-masalah yang konkrit dan
terumuskan dengan jelas.
Lebih lanjut,
pembuat keputusan kemungkinan juga sulit untuk memilah-milah secara tegas
antara nilai-nilainya sendiri dengan nilai-nilai yang diyakini masyarakat.
Asumsi penganjur model rasionar bahwa antara fakta-fakta dan nilai-nilai dapat
dengan mudah dibedakan, bahkan dipisahkan, tidak pemah terbukti dalam kenyataan
sehari-hari. Akhirnya, masih ada masalah’ yang disebut ,,sunk_cost,,.
Keputusan_-keputusan, kesepakatan-kesepakatan dan investasi terdahulu dalam
kebijaksanaan dan program-program yang ada sekarang kemungkinan akan mencegah
pembuat keputusan untuk membuat keputusan yang berbeda sama sekali dari yang
sudah ada.
Untuk konteks
negara-negara sedang berkembang, menurut R’s. Milne (1972), model irasionar
komprehensif ini jelas tidak akan muduh diterapkan. Sebabnya ialah:
informasi/data statistik tidak memadai ; tidak memadainya perangkat teori yang
siap pakai untuk kondisi- kondisi negara sedang berkembang ; ekologi budaya di
mana sistem pembuatan keputusan itu beroperasi juga tidak mendukung birokrasi
di negara sedang-berkembang umumnya dikenal amat lemah dan tidak sanggup
memasok unsur-unsur rasionar dalam pengambilan keputusan.
2.
Teori Inkremental
Teori
inkremental dalam pengambilan keputusan mencerminkan suatu teori pengambilan
keputusan yang menghindari banyak masalah yang harus dipertimbangkan (seperti
daram teori rasional komprehensif) dan, pada saat yang sama, merupakan teori
yang lebih banyak menggambarkan cara yang ditempuh oleh pejabat-pejabat
pemerintah dalam mengambil kepurusan sehari-hari.
Pokok-pokok
teori inkremental ini dapat diuraikan sebagai berikut:
- Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan untuk mencapainya dipandang sebagai sesuatu hal yang saling terkait daripada sebagai sesuatu hal yang saling terpisah.
- Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan alternatif-alternatif ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marginal bila dibandingkan dengan kebijaksanaan yang ada sekarang.
- Bagi tiap alternatif hanya sejumlah kecil akibat-akibat yang mendasar saja yang akan dievaluasi.
- Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan akan didedifinisikan secara terarur. Pandangan inkrementalisme memberikan kemungkin untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan tujuan dan sarana serta sarana dan tujuan sehingga menjadikan dampak dari masalah itu lebih dapat ditanggulangi.
- Bahwa tidak ada keputusan atau cara pemecahan yang tepat bagi tiap masalah. Batu uji bagi keputusan yang baik terletak pada keyakinan bahwa berbagai analisis pada akhirnya akan sepakat pada keputusan tertentu meskipun tanpa menyepakati bahwa keputusan itu adalah yang paling tepat sebagai sarana untuk mencapai tujuan.
- Pembuatan keputusan yang inkremental pada hakikatnya bersifat perbaikan-perbaikan kecil dan hal ini lebih diarahkan untuk memperbaiki ketidaksempunaan dari upaya-upaya konkrit dalam mengatasi masalahsosial yang ada sekarang daripada sebagai upaya untuk menyodorkan tujuan-tujuan sosial yang sama sekali baru di masa yang akan datang.
Keputusan-keputusan
dan kebijaksanaan-kebijaksanaan pada hakikatnya merupakan produk dari saling
memberi dan menerima dan saling percaya di antara berbagai pihak yang terlibat
dalam proses keputusan tersebut. Dalam masyarakat yang strukturnya majemuk
paham lnkremental ini secara politis lebih aman karena akan lebih gampang untuk
mencapai kesepakatan apabila masalah-masalah yang diperdebatkan oleh berbagai
kelompok yang terlibat hanyalah bersifat upaya untuk memodifikasi terhadap
program-program yang sudah ada daripada jika hal tersebut menyangkut isu-isu
kebijaksanaan mengenai perubahan-perubahan yang radikal yang memiliki sifat ”
ambil semua atau tidak sama sekali.
Karena para
pembuat keputusan itu berada dalam keadaan yang serba tidak pasti khususnya
yang menyangkut akibat-akibat dari tindakan-tindakan mereka di masa datang,
maka keputusan yang bersifat inkremental ini akan dapat mengurangi resiko dan
biaya yang ditimbulkan oleh suasana ketidakpastian itu Paham inkremental ini
juga cukup realistis karena ia menyadari bahwa para pembuat keputusan sebenamya
kurang waktu, kurang pengalaman dan kurang sumber-sumber lain yang diperlukan
untuk melakukan analisis yang komprehensif terhadap semua alternatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada
3.
Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scanning Theory)
Penganjur
teori ini adalah ahli sosiologi organisasi Amitai Etzioni. Etzioni setuju
terhadap kritik-kritik para teoritisi inkremental yang diarahkan pada teori
rasional komprehensif, akan tetapi ia juga menunjukkan adanya beberapa
kelemahan yang terdapat pada teori inkremental. Misalnya, keputusan-keputusan
yang dibuat oleh pembuat keputusan penganut model inkremental akan lebih
mewakili atau mencerminkan kepentingan-kepentingan dari kelompok-kelompok yang
kuat dan mapan serta kelompok-kelompok yang mampu mengorganisasikan
kepentingannya dalam masyarakat, sementara itu kepentingan-kepentingan dari
kelompok-kelompok yang lemah dan yang secara politis tidak mampu
mengorganisasikan kepentingannya praktis akan terabaikan.
C. Kriteria
pengambilan Keputusan
Menurut
konsepsi Anderson, nilai-nilai yang kemungkinan menjadi pedoman perilaku para
pembuat keputusan itu dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu:
1.
Nilai-nilai Politik
Pembuat
keputusan mungkin melakukan penilaian atas alternatif kebijaksanaan yang dipilihnya
dari sudut pentingnya alternatif-alternatif itu bagi partai politiknya atau
bagi kelompok-kelompok klien dari badan atau organisasi yang dipimpinnya.
Keputusan-keputusan yang lahir dari tangan para pembuat keputusan seperti ini
bukan mustahil dibuat demi keuntungan politik’ dan kebijaksanaan dengan
demikian akan dilihat sebagai instrumen untuk memperluas pengaruh-pengaruh
politik atau untuk mencapai tujuan dan kepentingan dari partai politik atau
tujuan dari kelompok kepentingan yang bersangkutan.
2.
Nilai-nilai organisasi
Para pembuat
kepurusan, khususnya birokrat (sipil atau militer), mungkin dalam mengambil
keputusan dipengaruhi oleh nilai-nilai organisasi di mana ia terlibat di
dalamnya’ Organisasi, semisal badan-badan administrasi, menggunakan berbagai
bentuk ganjaran dan sanksi dalam usahanya untuk memaksa para anggotanya
menerima, dan bertindak sejalan dengan nilai-nilai yang telah digariskan oleh
organisasi.
3.
Nilai-nilai Pribadi
Hasrat untuk melindungi atau
memenuhi kesejateraan atau kebutuhan fisik atau kebutuhan finansial’ reputasi
diri, atau posisi historis kemungkinan juga digunakan- oleh para pembuat
teputusan sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan.
4. Nilai-nilai Kebijaksanaan
Dari
perbincangan di atas, satu hal hendaklah dicamkan, yakni janganlah kita
mempunyai anggapan yang sinis dan kemudian menarik kesimpulan bahwa para
pengambil keputusan politik inr semata-mata hanyalah dipengaruhi oleh
pertimbangan-penimbangan demi keuntungan politik, organisasi atau pribadi.
Sebab, para pembuat keputusan mungkin pula bertindak berdasarkan atas penepsi
mereka terhadap kepentingan umum atau keyakinan tertentu mengenai kebijaksanaan
negara apa yang sekiranya secara moral tepat dan benar.
5.
Nilai-nilai Ideologis
Ideologi pada
hakikatnya merupakan serangkaian nilai-nilai dan keyakinan yang secara logis
saling berkaitan yang mencerminkan gambaran sederhana mengenai dunia serta
berfungsi sebagai pedoman benindak bagi masyarakat yang meyakininya.
D.Fungsi Dan
Tujuan Pengambilan Keputusan
1.Fungsi
Pengambilan Keputusan
Individual
atau kelompok baik secara institusional ataupun organisasional, sifatnya
futuristik.
2.Tujuan
Pengambilan Keputusan
- Tujuan yang bersifat tunggal (hanya satu masalah dan tidak berkaitan dengan masalah lain)
- Tujuan yang bersifat ganda (masalah saling berkaitan, dapat bersifat kontradiktif ataupun tidak kontradiktif)
E.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
1. Komposisi kelompok. Ada 4 hal yang
perlu diperhatikan dalam menyusun komposisi kelompok.
a. penerimaan tujuan umum;
mempengaruhi kerjasama dan tukar informasi
b. pembagian (divisibilitas) tugas
kelompok; tidak semua tugas dapat dibagi
c. komunikasi dan status struktur;
biasanya yang osisinya tertinggi paling mendominasi dalam kelompok.
d. ukuran kelompok; semakin besar
kelompok semakin menyebar opini, konsekuensinya adalah semakin lemah
partisipasi individu dalam kelompok tersebut.
- Kesamaan anggota kelompok Keputusan kelompok akan cepat dan mudah dibuat bila anggota kelompok sama satu dengan yang lain.
- Pengaruh (pengkutuban) polarisasi kelompok. Seringkali keputusan yang dibuat kelompok lebih ekstrim dibandingkan keputusan individu. Hal itu disebabkan karena adanya perbadingan sosial. Tidak semua orang berada di atas rata-rata. Oleh karena itu untuk mengimbanginya perlu dibuat keputusan yang jauh dari pendapat orang tersebut.
F.
Model Pengambilan Keputusan
1.
Model
Pengambilan Keputusan dalam Keadaan Kepastian (Certainty). Menggambarkan bahwa
setiap rangkaian keputusan (kegiatan) hanya mempunyai satu hasil (pay off
tunggal). Model ini disebut juga Model Kepastian/ Deterministik.
2.
Model
Pengambilan Keputusan dalam kondisi Berisiko (Risk). Menggambarkan bahwa setiap
rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya dapat diperhitungakan atau
dapat diketahui. Model Keputusan dengan Risiko ini disebut juga Model
Stokastik.
3.
Model
Pengambilan Keputusan dengan Ketidakpastian (Uncertainty). Menggambarkan bahwa
setiap rangkaian keputusan (kegiatan) mempunyai sejumlah kemungkinan hasil dan
masing-masing kemungkinan hasil probabilitasnya tidak dapat
diketahui/ditentukan. Model Keputusan dengan kondisi seperti ini adalah situasi
yang paling sulit untuk pengambilan keputusan. (Kondisi yang penuh
ketidakpastian ini relevan dengan apa yang dipelajari dalam Game Theory)
G.
Langkah-langkah/Proses Pengambilan Keputusan
Secara umum,
langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
- Proses identifikasi atau perumusan persoalan keputusan. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Penggunaan seven tools dalam manajemen biasanya dapat membantu proses identifikasi ini.
- Penetapan parameter dan variabel yang merupakan bagian dari sebuah persoalan keputusan. Biasanya pemecahan masalah yang menggunakan model matematika sangat memerlukan adanya variabel yang terukur.
- Penetapan alternatif-alternatif pemecahan persoalan. Alternatif pemecahan masalah didapatkan dari analisis pemecahaan masalah.
- Penetapan kriteria pemilihan alternatif untuk mendapatkan alternatif yang terbaik. Biasanya kriteria pemilihan ini didasarkan pada pay off atau hasil dari keputusan.
- Pelaksanaan keputusan dan evaluasi hasilnya. Tahap ini disebut tahap implementasi, dimana alternatif solusi yang terpilih akan diterapkan dalam jangka waktu tertentu dan setelah itu akan dievaluasi hasilnya berdasarkan peningkatan atau penurunan pay off atau hasil. Agus Nurfalah
Sumber:
www.google.com
http://bukunnq.wordpress.com/makalah-pengambilan-keputusan-secara-objektif-dan-konstruktif/
Mulyono.2011.
Teori
Pengambilan Keputusan, http:// Mulyono.Blogspot.com,diakses
30 April 2011
Anneahira.2011.Pengambilan Keputusan.
Hhtp://Anneahira.Blogspot.com,diakses 30
April 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar