Sabtu, 24 Maret 2012

Konsep modal kerja perusahaan


Pengertian dan Konsep Modal Kerja
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh dan pembayaran lainnya disebut modal kerja.
      Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa adanya modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya. Masa perputaran suatu modal kerja yaitu sejak kas ditanamkan pada elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukan tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin cepat masa perputaran modal kerja maka semakin efisien penggunaan modal kerja tersebut dan mengakibatkan investasi pada modal kerja semakin kecil. Oleh karena itu pihak perusahaan dituntut mengelola modal kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari modal kerja itu sendiri. Selain itu juga perusahaan harus memperhatikan sumber dana untuk memenuhi modal kerja tersebut.
Modal kerja menurut Agnes  Sawir dalam bukunya “ Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan” menyatakan bahwa:
“Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.”.
(2003:129)

Sedangkan menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham dalam bukunya “Dasar-Dasar- Manajemen Keuangan”(terjemahan Jaka Wasana & Korbrandoko) bahwa:
“Modal kerja adalah investasi perusahaan didalam aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang dagang, dan persediaan”.                                                                        (2000:157)

Definisi yang dikemukakan oleh Burton A. Kolb dalam buku “Principle Of Financial Management” juga tidak jauh berbeda dari definisi diatas, yaitu:
“Working capital is the investment of the firm in short-term or current assets, which includes cash, marketable securities, account receivable, short-term notes receivable, inventories, and in some firms, expense prepayments”.                                                  (2000:152)

Ketiga definisi diatas, menunjukkan bahwa modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pengelolaan modal kerja adalah suatu hal yang penting untuk dianalisis, bagaimana perusahaan berperilaku terhadap pemenuhan kerja tersebut. Modal kerja adalah dana yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
      Adapun konsep modal kerja menurut Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-Dasar Pembelanjaan” Perusahaan adalah sebagai berikut:
  1. Konsep Kuantitatif
Dalam konsep kuantitatif ini modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas, piutang–piutang, persediaan. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini adalah modal kerja bruto ( gross working capital )
  1. Konsep Kualitatif
Konsep ini mendasarkan pada sebagian dari aktiva Lancar yang baner baner dapat digunakan untuk membiayai oprasional perusahaan tanpangeganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancarnya.
  1. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
(2001:57

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa pengertian modal kerja adalah sejumlah dana yang tertanam atau didefinisikan dalam bentuk aktiva lancar (harta jangka pendek) seperti kas, surat-surat berharga, piutang  dan persediaan barang yang selalu berputar dengan maksud untuk menghasilkan pendapatan. 
 Manajemen Modal Kerja
Modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan aktiva lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:
1.      Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2.      Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3.      Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.
Dari ketiga sasaran diatas, sasaran ketiga mengindikasikan bahwa perusahaan harus mempertahankan likuiditas yang cukup. Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran – pengeluaran atau operasi perusahaan sehari – hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi perusahaan antara lain:
1.      Melindungi perusahan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2.      Memungkinkan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
3.      Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4.      Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumen.
5.      Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
6.      Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi akan kebutuhan suatu modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan sebagai berikut:
1.      Sifat atau type dari perusahaan itu sendiri.
2.      Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
3.      Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.
4.      Syarat penjualan .

Jenis - Jenis Modal Kerja
Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan di kutip dari W.B. Taylor dalam bukunya financial Politices of Business Enterprise, menggolongkan jenis-jenis modal kerja dalam:
1.  Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja yang dimaksud dalam jenis ini adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan untuk dapat menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat memenuhi akan kebutuhan konsumen. Dengan kata lain modal kerja yang secara terus- menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu:
a). Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk dapat menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi terus.
b). Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu modal kerja yang harus ada agar perusahaan dapat beroperasi dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan produk sebesar kapasitas normal dari perusahaan itu sendiri. Dengan kata lain pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)  yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan yang mempengaruhi perusahaan, dan modal kerja ini dibedakan dalam:
a).  Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
b).  Modal Kerja Siklis (Cylical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c). Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya bencana alam, pemogokan para buruh, dan lain sebagainya)
(2001:60)
Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis seberapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan berfluktuasi. Yang bersifat permanen sebesar modal kerja minimum yang selalu harus ada selama satu tahun, untuk kemudian memilih sumber dana untuk membiayai investasi itu, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga alternatif untuk pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar yaitu sebagai berikut:
a)      Matching Approach
Pendekatan ini akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar permanen dengan sumber dana jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko perusahaan apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayarnya kembali.
b)      Concervative Approach
Pendekatan ini akan membiayai aktiva tetap dan aktiva lancar permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau modal sendiri. Struktur hutang jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil dibandingkan dengan Matching Approach. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil resiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham, karena biaya hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar dari pada biaya hutang jangka pendek. Hal ini disebabkan karena resiko dalam hutang jangka panjang yang relatif lebih besar dari pada hutang jangka pendek yang relatif lebih kecil.
c)      Aggresive Approach
Adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan struktur hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan pendekatan yang lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, sehingga resiko fluktuasi bunga hutang jangka pendek juga semakin besar.

Sumber Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut, karena akan memperbesar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit dan memperbesar jaminan bagi kreditor jangka pendek.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1.   Hasil Operasi Perusahaan
Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investaris jangka pendek)
Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3.   Penjualan aktiva tidak lancar.
Perubahan dari aktiva ini akan menjadi kas atau piutang yang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar dari hasil penjualan tersebut.
4.   Penjualan saham atau obligasi.
Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan,  perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambahkan modalnya. Disamping itu perusahaan juga bisa mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
 Disamping keempat sumber tersebut diatas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh oleh perusahaan untuk dapat menambah aktiva lancarnya (walaupun dengan bertambahnya aktiva lancarnya tersebut tidak mengakibatkan bertambahnya modal kerja).
Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila:
1.      Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan.
2.      Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap maupun melalui proses depresiasi.
3.      Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk   obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. " Handayani / 1053 0103 /Akuntansi"

Tidak ada komentar: