Pengertian dan Konsep Modal Kerja
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatannya selalu
membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan
investasi maupun untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari. Dana yang
diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari,
seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah buruh dan pembayaran lainnya disebut modal kerja.
Modal kerja merupakan salah
satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan. Karena tanpa adanya
modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan
aktivitasnya. Masa perputaran suatu modal kerja yaitu sejak kas ditanamkan pada
elemen-elemen modal kerja sampai menjadi kas lagi, adalah kurang dari satu
tahun atau berjangka pendek. Masa perputaran modal kerja ini menunjukan tingkat
efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin cepat masa perputaran modal
kerja maka semakin efisien penggunaan modal kerja tersebut dan mengakibatkan
investasi pada modal kerja semakin kecil. Oleh karena itu pihak perusahaan
dituntut mengelola modal kerja dengan baik sehingga dapat meningkatkan
efisiensi dari modal kerja itu sendiri. Selain itu juga perusahaan harus
memperhatikan sumber dana untuk memenuhi modal kerja tersebut.
Modal kerja menurut Agnes Sawir dalam bukunya “ Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan
Keuangan Perusahaan” menyatakan bahwa:
“Modal kerja adalah keseluruhan aktiva
lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang
harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari.”.
(2003:129)
Sedangkan menurut J.
Fred Weston dan Eugene F. Brigham
dalam bukunya “Dasar-Dasar- Manajemen
Keuangan”(terjemahan Jaka Wasana
& Korbrandoko) bahwa:
“Modal kerja adalah investasi perusahaan didalam
aktiva jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat-surat berharga), piutang
dagang, dan persediaan”.
(2000:157)
Definisi yang dikemukakan oleh Burton A. Kolb dalam buku “Principle Of Financial Management”
juga tidak jauh berbeda dari definisi diatas, yaitu:
“Working capital is the investment of the
firm in short-term or current assets, which includes cash, marketable
securities, account receivable, short-term notes receivable, inventories, and
in some firms, expense prepayments”.
(2000:152)
Ketiga definisi diatas, menunjukkan bahwa modal kerja
adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Pengelolaan
modal kerja adalah suatu hal yang penting untuk dianalisis, bagaimana
perusahaan berperilaku terhadap pemenuhan kerja tersebut. Modal kerja adalah
dana yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari.
Adapun konsep modal kerja
menurut Bambang Riyanto dalam
bukunya “Dasar-Dasar Pembelanjaan”
Perusahaan adalah sebagai berikut:
- Konsep Kuantitatif
Dalam konsep kuantitatif ini modal kerja
adalah sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang berupa kas,
piutang–piutang, persediaan. Dana yang tertanam dalam aktiva lancar akan
mengalami perputaran dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja
menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja
dalam pengertian ini adalah modal kerja bruto ( gross working capital )
- Konsep Kualitatif
Konsep ini mendasarkan pada sebagian dari
aktiva Lancar yang baner baner dapat digunakan untuk membiayai oprasional
perusahaan tanpangeganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar diatas utang lancarnya.
- Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari
dana dalam menghasilkan pendapatan (income).
Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk
menghasilkan pendapatan.
(2001:57
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dapatlah
diambil kesimpulan bahwa pengertian modal kerja adalah sejumlah dana yang
tertanam atau didefinisikan dalam bentuk aktiva lancar (harta jangka pendek)
seperti kas, surat-surat berharga, piutang
dan persediaan barang yang selalu berputar dengan maksud untuk
menghasilkan pendapatan.
Manajemen Modal Kerja
Modal kerja mengacu pada semua aspek penatalaksanaan
aktiva lancar dan utang lancar. Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang
mencakup semua fungsi manajemen atas aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek
perusahaan.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dari manajemen modal kerja adalah:
1.
Memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva
lancar sehingga tingkat pengembalian investasi marjinal adalah sama atau lebih
besar dari biaya modal yang digunakan untuk membiayai aktiva-aktiva tersebut.
2.
Meminimalkan dalam jangka panjang biaya modal yang
digunakan untuk membiayai aktiva lancar.
3.
Pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar dan
ketersediaan dana dari sumber utang, sehingga perusahaan selalu dapat memenuhi
kewajiban keuangannya ketika jatuh tempo.
Dari ketiga sasaran diatas, sasaran ketiga
mengindikasikan bahwa perusahaan harus mempertahankan likuiditas yang cukup.
Modal kerja yang harus tersedia dalam perusahaan harus cukup jumlahnya dalam
arti harus mampu membiayai pengeluaran – pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari – hari. Modal kerja yang cukup akan memberikan keuntungan bagi
perusahaan antara lain:
1.
Melindungi perusahan terhadap krisis modal kerja karena
turunnya nilai dari aktiva lancar.
2.
Memungkinkan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
3.
Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan
untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin
terjadi.
4.
Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah
yang cukup untuk melayani para konsumen.
5.
Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit
yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
6.
Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi
dengan lebih efisien, karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau
jasa yang dibutuhkan.
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup
bagi suatu perusahaan bukan merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan
oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi akan kebutuhan suatu modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan
sebagai berikut:
1.
Sifat atau type dari perusahaan itu sendiri.
2.
Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
3.
Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.
4.
Syarat penjualan .
Jenis - Jenis Modal Kerja
Mengenai jenis-jenis modal kerja, Bambang Riyanto dalam bukunya “Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan di kutip dari W.B. Taylor dalam bukunya financial Politices of Business Enterprise,
menggolongkan jenis-jenis modal kerja dalam:
1.
Modal Kerja Permanen (Permanent
Working Capital)
Modal kerja yang dimaksud dalam
jenis ini adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan untuk dapat
menjalankan kegiatan operasionalnya, sehingga dapat memenuhi akan kebutuhan
konsumen. Dengan kata lain modal kerja yang secara terus- menerus diperlukan
untuk kelancaran usaha.
Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam dua macam,
yaitu:
a). Modal Kerja
Primer (Primary Working Capital)
yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk dapat
menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi terus.
b). Modal Kerja
Normal (Normal Working Capital) yaitu
modal kerja yang harus ada agar perusahaan dapat beroperasi dengan tingkat
produksi normal. Produksi normal merupakan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan produk sebesar kapasitas normal dari perusahaan itu sendiri.
Dengan kata lain pengertian “normal” di sini adalah dalam artian yang dinamis.
2. Modal Kerja
Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan keadaan yang mempengaruhi perusahaan, dan modal kerja
ini dibedakan dalam:
a). Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
musim.
b). Modal Kerja Siklis (Cylical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi
konjungtur.
c). Modal Kerja
Darurat (Emergency Working Capital)
yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang
tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya bencana alam, pemogokan para buruh,
dan lain sebagainya)
(2001:60)
Bagi manajer keuangan sangat penting untuk menganalisis
seberapa besar kebutuhan aktiva lancar yang sifatnya permanen dan berfluktuasi.
Yang bersifat permanen sebesar modal kerja minimum yang selalu harus ada selama
satu tahun, untuk kemudian memilih sumber dana untuk membiayai investasi itu,
baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Terdapat tiga alternatif untuk
pemenuhan kebutuhan dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar yaitu sebagai
berikut:
a)
Matching Approach
Pendekatan ini akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar
permanen dengan sumber dana jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang
maupun modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari resiko perusahaan
apabila sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada
saat jatuh tempo perusahaan tidak dapat membayarnya kembali.
b)
Concervative
Approach
Pendekatan ini akan membiayai aktiva tetap dan aktiva lancar permanen
serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka panjang atau
modal sendiri. Struktur hutang jangka pendek dengan demikian akan lebih kecil
dibandingkan dengan Matching Approach.
Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih memperkecil resiko meskipun akan
memperkecil keuntungan yang diharapkan tersedia untuk pemegang saham, karena
biaya hutang jangka panjang pada umumnya lebih besar dari pada biaya hutang
jangka pendek. Hal ini disebabkan karena resiko dalam hutang jangka panjang
yang relatif lebih besar dari pada hutang jangka pendek yang relatif lebih
kecil.
c)
Aggresive
Approach
Adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan menggunakan
struktur hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan dengan
pendekatan yang lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan memenuhi
aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan hutang jangka panjang
dan sebagian aktiva lancar permanen dan semua aktiva lancar variabel dengan
hutang jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan yang menggunakan pendekatan
ini menanggung pengembalian hutang jangka pendek yang lebih besar, sehingga
resiko fluktuasi bunga hutang jangka
pendek juga semakin besar.
Sumber Modal Kerja
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya dibiayai
oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal
kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik perusahaan akan
semakin baik bagi perusahaan tersebut, karena akan memperbesar kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kredit dan memperbesar jaminan bagi kreditor jangka
pendek.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat
berasal dari:
1. Hasil
Operasi Perusahaan
Hasil operasi perusahaan adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah
dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukan jumlah
modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa
laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut.
2. Keuntungan dari penjualan
surat-surat berharga (investaris jangka
pendek)
Dengan adanya penjualan surat berharga ini
menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah
menjadi uang kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber
untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan tersebut
terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3. Penjualan aktiva
tidak lancar.
Perubahan dari aktiva ini akan menjadi kas atau piutang
yang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar dari hasil penjualan
tersebut.
4. Penjualan saham atau obligasi.
Untuk menambah modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham
baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambahkan modalnya.
Disamping itu perusahaan juga bisa mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang
jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya.
Disamping keempat
sumber tersebut diatas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh oleh
perusahaan untuk dapat menambah aktiva lancarnya (walaupun dengan bertambahnya
aktiva lancarnya tersebut tidak mengakibatkan bertambahnya modal kerja).
Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat
disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila:
1.
Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari
laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik
perusahaan.
2.
Adanya pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang
diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva
tetap maupun melalui proses depresiasi.
3.
Adanya penambahan hutang jangka panjang baik dalam
bentuk obligasi, hipotek atau hutang
jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar. " Handayani / 1053 0103 /Akuntansi"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar