Minggu, 22 Juni 2014

SISTEM PENGKODEAN SEBAGAI IDENTIFIKASI DATA

Semua sistem informasi menggunakan sistem pengkodean . Sebuah kode adalah pola identifikasi data yang menempelkan nomor identifikasi  (kode nomor),  huruf ( kode alfabet) atau kombinasi keduanya (kode alfanumerik) pada data yang dimasukkan kedalam komputer .  Tujuan dari sebuah pengkodean adalah menjadikan tiap karakter dalam sebuah informasi digital yaitu ke dalam bentuk biner untuk dapat ditransmisikan. Selanjutnya program komputer akan mengenali dan menguraikan kode ini agar dapat merekam data kedalam file komputer secara smpurna .
Macam-macam kode
Banyak sekali macam-macam pengkodean data, sebagai contohnya adalah berikut ini :
1.       Kode Baudot
Berawal dari kode morse. Ada kode 4-an, 5-an, 6-an, dan 8-an yang digunakan untuk pengiriman telegraph yang disimpan di pita berupa lubang tutup. Untuk lubang sebanyak 6x berturut-turut disebut sebagai kode 6-an. Begitu juga yang lainya. Kode ini juga digunakan sebagai satuan kecepatan pengiriman data. Kode baudot ini ada sejak 1838 ditemukan oleh Frenchman Emile Baudot sebagai bapak komunikasi data. Terdiri dari 5 bit perkarakter (sehingga dapat dibuat 32 karakter) dan untuk membedakan huruf dengan gambar dipakai kode khusus, yakni 111111 untuk letter dan 11011 untuKode ASCII.

2.       Standard Code (Americank figure. for Information Interchange)
Didefinisikan sebagai kode 7 bit (sehingga dapat dibuat 128 karakter). Masing-masing yaitu 0-32 untuk karakter kontrol (unprintable) dan 32-127 untuk karakter yang tercetak (printable). Dalam transmisi synkron tiga karakter terdiri dari 10 atau 11 bit : 1 bit awal, 7 bit data, 1 atau 2 bit akhir dan 1 bit paritas.

3.       Kode 4 atau Kode 8
Kombinasi yang diijinkan adalah 4 bit “1” dan 4 bit “0” sehingga dapat dibuat kombinasi 70 karakte

4.       KodeBCD(binarycodedesimal)
Terdiri dari 6 bit perkarakter dengan kombinasi 64 karakter. Untuk asynkron terdiri dari 9 bit: 1 bit awal, 6 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

5.       Kode EBCID
Menggunakan 8 bit perkarakter dengan 256 kombinasi karakter.Asynkron: 1 bit awal, 8 bit data, 1 bit paritas dan 1 bit akhir.

Penggunaan System Pengkodean Data
               
Teknik Encoding data digital, sinyal digital

1.        Sinyal Digital
Discrete, deretan voltase yang terputus-putus
Tiap pulsa merupakan elemen sinyal
Data biner ditransmisikan melalui pengkodean kedalam bentuk elemen sinyal

2.        Unipolar
Semua elemen sinyal mempunyai tanda yang sama
a. Polar
Suatu pernyataan direpresentasikan sebagai voltase positif dan lainnya sebagai voltase negatif
b. Data rate
transmisi rate data dinyatakan dalam bit per detik
c. Duration or length of a bit
jumlah waktu yang yang diambil tranmiter untuk memancarkan bit
d. Modulation rate
diukur dalam baud = elemen-elemen sinyal perdetik
e. Mark and Space
menunjuk pada digit biner 0 dan 1

Teknik Pengkodean

1.       Nonreturn to Zero-Level (NRZ-L)
- Voltase yang berbeda bagi bit 0 dan 1
- Voltase konstan selama interval bit tidak ada transisi (tidak - kembali ke level voltase 0)
- Sebagai contoh ketiadaan voltase untuk biner 0, dan voltase positif konstan untuk biner 1
- Umumnya voltase negatif bagi biner 1 dan voltase positif untuk yang lainnya.

2.   Nonreturn to Zero Inverted (NRZI)
- Voltase pulsa konstan untuk durasi waktu bit
- Data encode ditandai kehadiran atau ketidakhadiran transisi sinyal pada permulaan waktu bit
- Transisi (rendahke tinggi atau tinggi ke rendah) menunjukkan biner 1
- Tidak ada transisi menunjukkan biner 0
- Merupakan contoh pengkodean differensial

3.       Bipolar –AMI

a. Pseudoternary
- Biner 1 menyatakan tidak ada sinyal
- Biner 0 menyatakan pulsa yang berganti-ganti negatif dan positif
- Tidak ada kelebihan atau kekurangan dibandingkan dengan bipolar AM

b. Manchester
- Transisi di tengah-tengah setiap periode bit
- Transisi bermanfaat sebagai mekanisme detak dan data
- Transisi rendah ke tinggi menyatakan biner 1
- Transisi tinggi ke rendah menyatakan biner 0
- Digunakan untuk standard IEEE 802.3

c. Differential Manchester
- Transisi pertengahan bit digunakan untuk menyatakan detak
- Transisi pada permulaan periode bit menyatakan 0
- Ketiadaan transisi pada permulaan periode bit menyatakan 1
- Digunakan pada IEEE 802.5

d.  B8ZS
- Bipolar With 8 Zeros Substitution
- Berdasarkan pada bipolar-AMI
- Bila oktaf dari 0 muncul dan pulsa voltase terakhir positif maka dihasilkan 8 nol oktaf yang ditandai dengan 000+-0-+
- Bila oktaf dari nol muncul dan pulsa voltase terakhir negatif maka dihasilkan 8 nol oktaf yang ditandai dengan 000-+0+-
- Menyebabkan 2 kode penyimpangan pada AMI
- Tidak mungkin disebabkan oleh derau
- Receiver mendeteksi dan mengartikan oktaf berisi semua nol

e.  HDB3
- High Density Bipolar 3 Zeros
- Berdasarkan bipolar-AMI
- String dari 4 nol menyatakan 1 atau 2 pulsa

Faktor-faktor yang mempengaruhi coding :                                                      
Coding adalah penggambaran dari satu set symbol menjadi set symbol yang lain.
1. Spektrum sinyal / signal spektrum
    Ketidakadaan komponen frekuensi tinggi berarti diperlukan bandwidth sempit untuk transmisi.
2. Kemampuan sinkronisasi / clocking / signal synchronization capability
    Untuk menghitung posisi start dan stop dari tiap posisi bit dengan mekanisme sinkronisasi.
3. Kemampuan mendeteksi error / signal error detecting capability
    Kemampuan error detection dapat diberikan secara sederhana dengan pengkodean natural.
4. Tahan terhadap gangguan / signal interference and noise immunity
    Digambarkan oleh kecepatan bit error.
5. Biaya dan kompleksitas / cost and complexity
    Semakin tinggi kecepatan pensinyalan untuk memenuhi data rate yang ada, semakin besar biayanya. Harrenfina. Siboro

Daftar Pustaka : Buku Sistem Informasi Manajemen (Pak Ais Zakiyudin)

Tidak ada komentar: