Rabu, 04 Juni 2014

Manajemen menurut Paul Hersey & Kenneth H.Blanchard

                
Istilah manajemen (management) telah di artikan oleh berbagai pihak dengan perseftif berbeda. Misalnya : pengelolaan, pembinaan, pengurusan, ketatalaksanaan, kepemimpinan, pemimpin, ketatapengurusan, administrasi, dan sebagainya.
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard  memberikan batasan manajemen adalah “sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi”. Keduanya menekankan bahwa definisi tersebut tidaklah di maksudkan hanya untuk satu jenis organisasi saja, tetapi dapat diterapkan pada berbagai jenis organisasi tempat individu dan kelompok tersebut mengembangkan diri untuk mewujudkan tujuan bersama. Dan dalam suatu organisasi seorang pemimpin menjadi ketua yang akan membawa anggotanya mencapai tujuan. Atau dengan kata lain seorang pemimpin menjadi patokan untuk keberhasilan suatu tujuan organisasi tersebut
Kepemimpinan menurut Paul Hersey dan Kennet H. Blanchard adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Gaya Kepemimpinan Situasional
Kepemimpinan situasional adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara :
1)      Tingkat bimbingan dan arahan yang diberikan pemimpin (perilaku tugas).
2)      Tingkat dukungan sosioemosional yang disajikan pemimpin (perilaku hubungan).
3)      Tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu (kematangan bawahan).
Dalam hubungannya dengan perilaku pemimpin tersebut, ada dua hal yang biasanya dilakukan oleh pemimpin terhadap bawahan atau pengikutnya yakni perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung.
Menurut Hersey, Blanchard dan Natemeyer ada hubungan yang jelas antara level kematangan orang-orang dan atau kelompok dengan jenis sumber kuasa yang memiliki kemungkinan paling tinggi untuk menimbulkan kepatuhan pada orang-orang tersebut. Kepemimpinan situasional memandang kematangan sebagai kemampuan dan kemauan orang-orang atau kelompok untuk memikul tanggung jawab mengarahkan perilaku mereka sendiri dalam situasi tertentu. Maka, perlu ditekankan kembali bahwan kematangan merupakan konsep yang berkaitan dengan tugas tertentu dan bergantung pada hal-hal yang ingin dicapai pemimpin.
Menurut Paul Hersey & Kenneth H. Balnchard, seorang pemimpin harus memahami kematangan bawahannya sehingga dia akan tidak salah dalam menerapkan gaya kepemimpinan. Tingkat kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1)      Tingkat kematangan M1 (kemampuan dan kamauan bawahan rendah) maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahab seperti ini adalah Gaya Telling (G1), yaitu dengan memberitahukan, menunjukan, dan menginstrusikan secara spesifik.
2)      Tingkat kematangan M2 (kemampuan bawahan rendah tapi kemauannya tinggi), untuk menghadapi bawahan seperti ini maka gaya yang diterapkan adalah Gaya Selling/Coaching, yaitu dengan menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk.
3)      Tingkat kematangan M3 (kemampuan bawahan tinggi tapi kemauannya rendah) maka gaya pemimpin yang tepat untuk bawahan seperti ini adalah Gaya Participating, yaitu saling bertukar ide dan memberi kesempatan untuk mengambil keputusan.
4)      Tingkat kematangan M4 (kemampuan dan kemauan bawahan tinggi) maka gaya kepemimpinan yang tepat adalah Gaya Delegating, yaitu mendelegrasikan tugas dan wewenang dengan menerapkan sistem pengawasan yang baik.
Penjabaran lebih lanjut mengenai situasi dan tipe gaya kepemimpinan dapat dikemukakan sebagai berikut :
a)      Memberitahukan, menunjukan, memimpin, menetapkan (TELLING-DIRECTING)
                Gaya telling-directing atau disebut juga sebagai gaya menginstrusikan kepada pengikut yang rendah tingkat kematangannya. Seseorang yang tidak mampu dan tidak mau memikul tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu merupakan seseorang yang tidak kompeten dan tidak memiliki keyakinan. Biasanya ketidakmauan mereka merupakan akibat dari ketidakyakinannya atau kurangnya pengalaman dan pengetahuan mengenai tugas yang diberikan.
Gaya kepemimpinan yang tepat adalah instruksi karena peranan pemimpin yang membatasi peranan bawahan dan menginstruksikan kepada mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana harus melakukan tugas tertentu.
b)      Menjual, menjelaskan, memperjelas, membujuk (SELLING-COACHING)
Gaya selling-coaching dapat dikatakan juga sebagai gaya konsultasi yang diterapkan untuk bawahan dengan tingkat kematangan rendah sampai tingkat sedang. Seseorang yang tidak mampu namun berkeinginan untuk memikul tanggung jawab, memiliki keyakinan tapi kurang memiliki keterampilan/keahlian. Oleh karena itu, gaya konsultasi merupakan gaya yang sesuai dipergunakan dalam situasi seperti ini, yang dapat memberikan perilaku mengarahkan karena bawahan kurang mampu juga memberikan perilaku mendukung untuk memperkuat kemampuan dan antusiasme bawahan. Dalam gaya ini, komunikasi dua arah akan membantu mempertahankan motivasi bawahan yang tinggi dan pada saat yang sama, tanggung jawab untuk kontrol atas pembuatan keputusan tetap ada pada pimpinan.
c)       Mengikutsertakan, memberi semangat, kerjasama (PARTICIPATING-SUPPORTING)
Gaya partisipasi dipergunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan sedang merujuk ke tinggi. Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi kemauannya rendah untuk melakukan suatu tugas yang diberikan. Ketidakmauan itu disebabkan oleh ketidakyakinan mereka untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Dalam kasus ini, pimpinan perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengar dan mendukung usaha-usaha para pengikut untuk menggunakan kemampuan yang mereka miliki. Melalui gaya partisipasi, pimpinan dan bawahan bisa saling bertukar ide dalam pembuatan keputusan dengan peranan utama pimpinan memberikan fasilitas dan berkomunikasi.
d)      Mendelegasikan, pengamatan, mengawasi, penyelesaian (DELEGATING)
Gaya delegasi digunakan bagi bawahan dengan tingkat kematangan tinggi. Orang-orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah orang-orang yang memiliki kemampuan dan kemauan yang tinggi untuk memikul sebuah tanggung jawab. Gaya kepemimpinan ini memberikan sedikit pengarahan, para bawahan diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan suatu tugas. Karena secara psikologis bawahan sudah matang, maka tidak diperlukan banyak komunikasi dua arah atau perilaku mendukung.
Bagaimana cara kita memimpin haruslah dipengaruhi oleh kematangan orang yang kita pimpin supaya tenaga kepemimpinan kita efektif dan juga pencapaian hasil optimal.
                Tidak banyak orang yang lahir sebagai pemimpin. Pemimpin lebih banyak ada  dan handal karena dilatihkan. Artinya untuk menjadi pemimpin yang baik haruslah mengalmi trial and error dalam menerapkan gaya kepemimpinan.
                Pemimpin tidak akan pernah ada tanpa bawahan dan bawahan juga tidak akan pernah ada tanpa pemimpin. Kedua komponen dalam organisasi ini merupakan sinergi dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan. Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard telah mencoba melepar idenya tentang kepemimpinan situasional yang sangat praktis untuk diterapkan oleh pemimpin apa saja. Tentu masih banyak teori kepemimpinan lain yang baik untuk dipelajari. Dari Hersey dan Blanchard orang tahu kalau untuk menjadi pemimpin tidaklah cukup hanya pintar dari segi kognitif saja tetapi lebih dari itu juga harus matang secara emosional. Pemimpin harus mengetahui atau mengenal bawahan, entah itu kematangan kecakapannya ataupun kemauan/kesediaannya.

                Dengan mengenal type bawahan (kematangan dan kesediaan) maka seorang pemimpin akan dapat memakai gaya kepemimpinan yang sesuai. Sayangnya jaman  sekarang banyak pemimpin yang suka main kuasa saja tanpa mempedulikan bawahan. Kalaupun mempedulikan bawahan itupun karena ada motif tertentu seperti nepotisme. Muhammad Anwar Shidiq

Tidak ada komentar: