Selasa, 25 Maret 2014

Motivasi sebagai Dorongan untuk Mencapai Tujuan

Setiap  
Mahasiswa pada dasarnya mempunyai dorongan atau penggerak untuk melakukan kegiatan belajar di perguruan tinggi untuk mencapai tujuan belajar yang diinginkannya. Dorongan atau penggerak itulah yang kita sebut dengan motivasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2008: 1) “motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan dorongan dalam dirinya”. Senada itu, Sumadi Suryabrata (1986: 72) menjelaskan, ”Motivasi merupakan keadaan dalam pribadi seseorang, yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”.
                Berdasarkan pendapat di atas, motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang untuk bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Motivasi itu dimulai dari perasaan untuk mau atau tidak melakukan suatu perbuatan. Sebagaimana diungkapkan McDonald (dalam Oemar Hamalik, 2002: 173) ” motivasi itu merupakan suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
          Dalam kaitannya dengan belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang terletak pada aspek psikologis mahasiswa, seperti yang diungkapkan oleh Muhibbin syah (1995:133) “Banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar siswa/mahasiswa. Namun, yang lebih esensial diantaranya: kecerdasan siswa, sikap, bakat, minat siswa dan motivasi siswa”. 
    Kenyataan di lapangan menunjukkan masih rendah atau kurangnya motivasi mahasiswa dalam belajar. Misalnya  mahasiswa sering terlambat, bolos, malas mengerjakan tugas-tugas perkuliahan, tidak konsentrasi dalam proses perkuliahan, ada di dalam kelas tapi tidak memahami materi perkuliahan, dosen yang jarang masuk, dsb.
Pengertian Motivasi Belajar
Sebelum kita mengetahui apa itu motivasi belajar bagi mahasiswa, terlebih dahulu kita harus tahu apa itu motivasi dan belajar. Sudjana (2000: 5); Slameto          (2003: 18); Munandir (dalam W.S Winkel, 1996: 36) mengemukakan belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan disposisi atau kapabilitas pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu.
      Senada itu, belajar menurut Abu Ahmadi (1993: 20) “suatu bentuk pertumbuhan atau perbuatan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan”. Menurut Wittig dalam bukunya psychologi of learning mendefenisikan belajar sebagai perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah, 1995: 90).
     Sedangkan Biggs (dalam Muhibbin Syah, 1995: 91) mengemukakan pengertian belajar dalam tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banya materi yang dikuasai siswa.
         Secara institusional (kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses Validasi atau pengabsahan terhadap pengusaan siswa atas materi-materi yang telah dipelajarinya. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (mutu) ialah proses memperoleh pemahaman dan menerapkan materi yang ia pelajari dalam kehidupannya.
     Sedangkan Mulyati (2005: 2) “belajar adalah pembentukan atau shaping tingkah laku individual melalui kontak dengan lingkungan”. Lebih lanjut Mulyati (2005: 5) juga mengungkapkan “Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan”.
     Selanjutnya teori Thorndike (dalam Hamzah Uno, 2008: 11) mengemukakan bahwa belajar adalah “proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan). Jelasnya menurut Thorndike ini, perubahan tingkah laku dalam belajar dapat berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa diamati).
Di dalam belajar praktek misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang dikerjakannya..
     Bertolak dari berbagai pengertian di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak maupun penyesuaian diri.
         Selanjutnya pengertian motivasi adalah “kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan (Wasty Soemato, 1983: 203). Sedangkan Thomas L. good dan Jere B. Briphy (dalam Elida Prayitno, 1989:8) berpendapat bahwa motivasi itu merupakan sebagai suatu penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku seseorang dalam melakukan perbuatan tertentu. Individu yang akan melakukan suatu perbuatan mempunyai suatu energi penggerak dan mengarahkan untuk memperkuat perbuatan itu untuk mencapai tujuan. Marx dan Tombouch (dalam Elida Prayitno, 1989: 8) mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasolin. Tidaklah berarti, betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam mengoperasikan mesin gasolin tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Begitu pula dengan belajar, sekolah yang sudah menyediakan fasilitas belajar siswa seperti, perpustakaan, labor, internet, itu semua tidak berarti apabila siswanya tidak termotivasi dalam belajar.
         Sedangkan Clifford T. Morgan (dalam Wasty Soemato, 1983: 203) berpendapat bahwa:
         motivasi berhubungan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi, ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
 Sama halnya dengan pendapat Clifford, Mc. Donald (dalam Oemar hamalik, 2002: 173-174) mengungkapkan bahwa “motivasi itu mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu perubahan energi, timbulnya afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan pendapat Mc. Donald ini, maka pengertian motivasi dapat dijelaskan sebagai berikut sebagai berikut:
1.   Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem neurofisiologis dalam diri manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem pencernaan adanya menimbulkan motif lapar.
2.   Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). Mula- mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin juga tidak. Misalnya Si A terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia akan berbicara dengan suara yang cepat dan lancar.
3.    Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon ini berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan. Misalnya seorang mahasiswa ingin mendapatkan IP yang baik, maka ia akan belajar dengan keras, membaca buku, memahami materi kuliah dengan baik, dan lain sebagainya.
            Menurut Oemar Hamalik (2002: 175) “motivasi itu merupakan suatu hal yang mendorong timbulnya suatu perbuatan, mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dikehendaki, dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan itu”. Motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan, maksudnya bahwa individu mempunyai dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai mana diungkapkan oleh Ashar Sunyoto Munandar (2001: 323) “suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke arah tercapainya tujuan tertentu, tujuan yang jika berhasil dicapai akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut”. Sedangkan Motivasi menurut  John W. Santrock (2008: 510) “proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.”
                           Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi itu merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam bertingkah laku dalam mencapai suatu tujuan.
                           Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar mahasiswa adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar/proses perkuliahan yang menjamin kelangsungan dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
        Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar di perguruan tinggi, dan motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya, dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu:
1.     Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga pendorong  belajar (desakan, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri mahasiswa.
2.      Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada  pencapaian tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3.      Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan di dalam diri mahasiswa (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 382).
B.        Jenis-Jenis Motivasi
 Dalam membicarakan soal jenis-jenis motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ektrinsik.
1.      Motivasi Intrinsik
    Motivasi intrinsik adalah ”hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar” (Muhibbin Syah, 1995: 136-137). Senada itu Thornburg (dalam Elida Prayitno, 1989: 10-11);Syaiful Bahri Djamarah (2008: 149) mengungkapkan bawa motivasi intrinsik itu merupakan keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong  dari dalam diri (internal) individu yang tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor dari luar.
   Di dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya, bukan karena keinginan mendapatkan pujian, hadiah dari guru.
  Gage dan Berline (dalam Elida Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa mahasiswa yang termotivasi secara intrinsik aktifitasnya lebih baik dalam belajar dari pada mahasiswa yang termotivasi secara ektrinsik. mahasiswa yang memiliki motivasi intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar. mahasiswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, atau dapat mengerjakan tugas perkuliahan secara baik. Belajar di kelas, kelompok. Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas menjadi tantangan dan tanpa paksaan ia mau melakukannya.
  Jadi, motivasi intrinsik itu muncul berdasarkan tujuan yang diinginkan mahasiswa dalam belajar, tanpa adanya pengaruh dari luar seperti dari dosen, orang tua, maupun lingkungan masyarakat.
2.   Motivasi Ektrinsik
   Motivasi belajar dikatakan ektrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan belajarnya di luar faktor-faktor situasi belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 151). mahasiswa belajar karena hendak mencapai angka tertinggi, diploma, gelar, kehormatan, pujian, disegani, dan sebagainya.
    Motivasi ektrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ektrinsik diperlukan agar mahasiswa mau belajar. Di dalam kelas banyak sekali mahasiswa yang dorongan belajarnya memerlukan motivasi ektrinsik. Mereka memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari dosen. Namun untuk hal ini tentunya motivasi ektrinsik tidak lagi menjadi prioritas mahasiswa. Mereka harus membangkitkan semangat belajar dari dalam dirinya sendiri untuk mencapai kesuksesan di perguruan tinggi.
C.        Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi
A. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Ada beberapa faktor untuk mempengaruhi motivasi belajar menurut (Max Darsono dkk 2000: 34) antara lain:
a. Cita-cita atau aspirasi
 Cita-cita atau apirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua mahasiswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi mahasiswa.
b. Kemampuan
 Dalam belajar dibutuhkan kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri mahasiswa, misalnya kecerdasan, pengamatan, perhatian dan daya pikir analisa
c. Kondisi mahasiswa
 Kondisi mahasiswa meliputi kondisi fisik (kesehatan) dan kondisi psikologis misalnya emosi. Kondisi ini terkadang menganggu aktivitas mahasiswa dalam kuliah, misalnya saja mahasiswa yang kurang sehat motivasi belajarnya akan berbeda sewaktu dia dalam keadaan sehat. Begitu pula kondisi psikis mahasiswa, misalnya dia sedang mengalami patah hati atau putus dari pacarnya, hal ini akan berdampak buruk bagi mahasiswa yang tidak bisa menempatkan/mengendalikan emosinya secara baik. Dia malahan banyak murung daripada mengerjakan berbagai tugas-tugas perkuliahan.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan mahasiswa meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kos, lingkungan kampus dan lingkungan masyarakat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
   Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisional misalnya emosi mahasiswa, gairah belajar, situasi belajar, situasi dalam keluarga.
f. Cara Dosen Mengajar
  cara yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang dosen mempersiapkan diri sebelum mengajar, ketepatan waktu, materi yang disampaikan, keakraba dengan mahasiswa, dsb.

A.    Faktor untuk memotivasi diri sendiri

Ada beberapa tips untuk memotivasi diri sendiri, yaitunya :

1.  Berhenti menunda-nunda
Menunda-nunda adalah hal yang bisa membunuh impian kita, juga mampu membunuh motivsi atau pengembangan diri dalam diri kita sendiri. Tetapkan batas waktu untuk mencapai suatu tujuan, dan berpeganglah pada menajemen kepemimpinan & pengembangna kepemimpinan dengan batas waktu  yang kita tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan di kejar batas  waktu, kita juga akan lebih focus dan berusaha untuk memenuhi tujuan PSYCHOTRONICA tersebut.

2.  Mengadiahi diri sendiri
Setiap orang merasa senang bila di berikan hadiah atau penghargaan ketika menyelesaikan sesuau atau tujuan tertentu. Jadi, cobalah untuk memberikan hadiah atau menghargai diri(manajemen diri) kita sendiri ketika kita menyelesaikan satu bagian dalam perencanaan kita untuk mencapai tujuan akhir kita.

3.  Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pengembangan diri atau pekerjaan kita sering di hadapkan dengan masalah ataupun beban fikiran yang berat, jadi rasa humor yang cukup bisa menjadi salah satu kunci untuk sukses. Cobalah untuk tdak terlalu berat memikirkan masalah dan pekerjaan. Belajarlah untuk menikmati apa yang kita lakukan setiap hari, sehingga kita termotivasi dan merasa antusias.

C. Cara untuk membantu memotivasi diri

1.    Susun rencana dengan membuat komitmen yang tidak bisa di batalkan untuk mendapatkan tujuan itu.
2.    Pertimbangkan segalanya dalam waktu lama dan bukan hanya dalam waktu singkat
3.    Motivasi diri dengan memotivasi orang lain
4.    Bicara dengan orang yang positif
5.    Gunakan percakapan dengan diri sendiri atau penegasan yang positif
6.    Jangan bermuram durja, lakukan saja
7.    Dengarkan materi yang memotivasi
8.    Baca buku dengan baik
9.    Tepuk tangan.
10.  Berikan penghargaan diri

Setiap orang sukses, tak peduli siapa mereka atau darimana mereka berasal, mengalami kegagalan sebelum berhasil. Kegagalan hanyalah bagian dari poses belajar yang tentu saja membantu kita untuk tumbuh.
Pada saat yang sama kegagalan juga mempesiapkan kita dan memastikan bahwa kita menghargai kesuksesan kita ketika ia benar-benar terjadi. Singkatnya jika kita mengalami kegagalan, lihatlah itu sebagai suatu kondisi yang tidak terelakkan dan kita bisa melewati kegagalan itu menuju kesuksesan.

Ada beberapa tips untuk mengatasi kegagalan :

Ø         Cari kesuksesan dalam kegagalan
Ø         Cari penyebabnya
Ø         Gambarkan kesuksesan di masa lal untuk mengurangi kegagalan saat ini
Ø         Hitung “berkah dan hikmah” yang tersimpan dalam keggalan kita
Ø         Buat rangkuman positif
Ø         Latihan menyempurnakan.

     D.  Peningkatan Motivasi Belajar Mahasiswa Berdasarkan Teori Humanistik
Kaum humanistik yakin bahwasanya motivasi itu dikontrol dari dalam diri individu itu sendiri. Kesadaran dari individulah yang membuat ia terdorong untuk belajar. Meskipun awalnya motivasi datang dari luar namun untuk meyakinkan itu sebuah motivasi, maka individu sendirilah yang akan bergerak untuk melakukannya. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai indikator tingkah laku mahasiswa  yang memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri menurut Klausemeler (dalam Elida Prayitno, 1989: 88-87) dapat digambarkan sebagai berikut:
1.         Mahasiswa mulai mengerjakan tugas-tugas perkuliahan tepat waktu, dan berusaha menyelesaikannya secara baik dan dikerjakan oleh diri sendiri atau dibahas secara kelompok.
2.         Berkunjung ke rumah/kos teman, kakak kelas maupun ke rumah dosen atau situasi-situasi lain dalam rangka mendapatkan bahan masukan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
3.         Dengan segala senang hati memperbaiki tugas-tugasnya sampai benar-benar sempurna.
4.         Mahasiswa merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilannya dalam belajar.
5.         Tetap belajar di kelas seperti membaca buku, diskusi, meskipun dosen tidak ada di kelas.
6.         Selalu sibuk melakukan apa saja yang dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dengan sarana yang ada di kampusnya.
7.         Mempunyai interaksi sosial yang harmonis dengan mahasiswa lainnya.
8.         Mempunyai interaksi yang harmonis dengan dosen-dosen.
9.         Menghemat dan memelihara harta benda sendiri atau milik orang lain.
10.       Berani mengemukakan pendapatnya di ruangan kelas.

E.     Kiat fisik untuk membangkitkan motivasi

Ada beberapa kiat, di antaranya :
1.        Pastikan diri kita barada pada posisi akan memulai
Posisi memulai bukan berarti secara mental, tetapi juga secara fisik. Artinya kita menggerakkan fisik kita dalam posisi stand by untuk melakukan suatu pekejaan.
2.        Segarkan badan
Bekerja bukan hanya membutuhkan fikiran dan perasaan yang fresh tapi juga fisik yang fres karena dapat membuat kita semangat untuk melakukan aktivitas apapun. Hindari bekerja tanpa istirahat sehingga kita mengalami kelelahan kronis, terlalu lelah akan membuat semangat menurun secara dratis.
3.        Lakukan olahraga
Olah raga yang teratur akan mambuat tubuh menjadi sehat dan segar sehingga tidak cepat merasa lelah. Hal ini membuat anda dapat beraktivitas secara teratur dalam waktu yang lama.
Pilih waktu olah raga yang membuat anda termotivasi untuk berolahraga, mungkin anda perlu mengajak orang lain untuk berolahraga besama atau ikuti club olahraga.
4.         Perhatikan penampilan
Penampilan yang bersih dan rapi dapat membangkitkan motivasi. Mengubah penampilan juga dapat membuat kita kembali bersemangat, terutama jika kita bosan dengan penampilan sehari-hari
5.        Jauhi rokok, alcohol, dan obbat-obatan terlarang
Jauhi sejauh-jauhnya ! jangan coba mendekat !
6.        Hindari makan terlalu kenyang
Makan yang terlalu kenyang akan menbuat badan menjadi malas bergerak, langsung mengantuk. Dan rasulallah mengajarkan makanlah secukupnya, makan yang baik itu berhenti sebelum kenyang.
7.        Hilangkan kebiasaan suka tidur
Sulit bagi orang yang suka tidur untuk bekerja dengan giat dan rajin.
8.        Lakukan relaksasi
Relaksasi adalah aktivitas yang membuat kita merasa  rileks. Salah satu contoh relaksasi adalah dengan berbaring dan melemaskan seluruh tubuh, kemudian menarik nefas selama 15 detik, lalu hembuskan secara perlahan-lahan, lakukan berulang-ulang.
9.        Atur posisi tubuh dan cara berjalan
Orang yang bekerja dengan posisi tubuh yang tepat tentu lebih tahan lama bekerja daripada orang yang posisi tubuhnya kurang tepat. Cara berjalan yang di anjurkan adalah berjalan agak cepat seakan-akan kita melangkah di jalan yang menurun. Cara berjalan ini akan membuat kita bersemangat dan merasa waktu bergerak cepat sehingga tidak ada waktu untuk berleha-leha.
10.    Makanan bergizi. Makanlah makanan yang halal lagi baik. baik tapi tidak halal, jelas ini harus di hindari.
(Danny Pasya Alghiffari/12.2C.14/12133640)

Tidak ada komentar: