Setiap
Mahasiswa pada dasarnya mempunyai dorongan atau penggerak untuk
melakukan kegiatan belajar di perguruan tinggi untuk mencapai tujuan belajar
yang diinginkannya. Dorongan atau penggerak itulah yang kita sebut dengan
motivasi. Sebagaimana diungkapkan oleh Hamzah B. Uno (2008: 1) “motivasi adalah
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang bertingkah laku, dorongan ini berada
pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai
dengan dorongan dalam dirinya”. Senada itu,
Sumadi
Suryabrata (1986: 72) menjelaskan, ”Motivasi merupakan keadaan dalam
pribadi seseorang, yang mendorongnya untuk melakukan aktifitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan”.
Berdasarkan
pendapat di atas, motivasi merupakan dorongan dasar yang menggerakkan seseorang
untuk bertindak untuk mencapai tujuan yang diinginkannya. Motivasi itu dimulai
dari perasaan untuk mau atau tidak melakukan suatu perbuatan. Sebagaimana
diungkapkan McDonald (dalam Oemar Hamalik, 2002: 173) ” motivasi itu merupakan
suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
Dalam
kaitannya dengan belajar motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar yang terletak pada aspek psikologis mahasiswa, seperti
yang diungkapkan oleh Muhibbin syah (1995:133) “Banyak faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas perolehan hasil belajar siswa/mahasiswa. Namun, yang
lebih esensial diantaranya: kecerdasan siswa, sikap, bakat, minat siswa dan
motivasi siswa”.
Kenyataan
di lapangan menunjukkan masih rendah atau kurangnya motivasi mahasiswa dalam
belajar. Misalnya mahasiswa sering terlambat, bolos, malas mengerjakan
tugas-tugas perkuliahan, tidak konsentrasi dalam proses perkuliahan, ada di
dalam kelas tapi tidak memahami materi perkuliahan, dosen yang jarang masuk,
dsb.
Pengertian
Motivasi Belajar
Sebelum kita
mengetahui apa itu motivasi belajar bagi mahasiswa, terlebih dahulu kita harus
tahu apa itu motivasi dan belajar. Sudjana (2000:
5); Slameto (2003:
18); Munandir (dalam W.S Winkel, 1996: 36) mengemukakan
belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan disposisi
atau kapabilitas pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses
belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan,
pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaaan serta
perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu.
Senada
itu, belajar menurut Abu Ahmadi (1993: 20) “suatu bentuk pertumbuhan atau
perbuatan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku
berkat pengalaman dan latihan”. Menurut Wittig dalam bukunya psychologi
of learning mendefenisikan belajar sebagai perubahan yang relatif
menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu
organisme sebagai hasil pengalaman (Muhibbin Syah, 1995: 90).
Sedangkan
Biggs (dalam Muhibbin Syah, 1995: 91) mengemukakan pengertian belajar dalam
tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan
rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (jumlah), belajar berarti kegiatan
pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banya materi yang
dikuasai siswa.
Secara
institusional (kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses Validasi atau
pengabsahan terhadap pengusaan siswa atas materi-materi yang telah
dipelajarinya. Adapun pengertian belajar secara kualitatif (mutu) ialah proses
memperoleh pemahaman dan menerapkan materi yang ia pelajari dalam kehidupannya.
Sedangkan
Mulyati (2005: 2) “belajar adalah pembentukan atau shaping tingkah laku
individual melalui kontak dengan lingkungan”. Lebih lanjut Mulyati (2005: 5)
juga mengungkapkan “Belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai
tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan”.
Selanjutnya
teori Thorndike (dalam Hamzah Uno, 2008: 11) mengemukakan bahwa belajar adalah
“proses interaksi antara stimulus (yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau
gerakan) dan respons (yang juga bisa berupa pikiran, perasaan atau gerakan).
Jelasnya menurut Thorndike ini, perubahan tingkah laku dalam belajar dapat
berwujud sesuatu yang konkret (dapat diamati), atau yang nonkonkret (tidak bisa
diamati).
Di
dalam belajar praktek misalnya, perubahan tingkah laku seseorang dapat dilihat
secara konkret atau dapat diamati. Pengamatan ini dapat diwujudkan dalam bentuk
gerakan yang dilakukan terhadap suatu objek yang dikerjakannya..
Bertolak
dari berbagai pengertian di atas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan
ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak maupun penyesuaian diri.
Selanjutnya
pengertian motivasi adalah “kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau
memberikan dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan (Wasty
Soemato, 1983: 203). Sedangkan Thomas L. good dan Jere B. Briphy (dalam Elida
Prayitno, 1989:8) berpendapat bahwa motivasi itu merupakan sebagai suatu
penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku seseorang dalam melakukan
perbuatan tertentu. Individu yang akan melakukan suatu perbuatan mempunyai
suatu energi penggerak dan mengarahkan untuk memperkuat perbuatan itu untuk
mencapai tujuan. Marx dan Tombouch (dalam Elida Prayitno, 1989: 8)
mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasolin.
Tidaklah berarti, betapapun baiknya mesin dan kehalusan penyetelan kita dalam
mengoperasikan mesin gasolin tersebut, kalau bahan bakarnya tidak ada. Begitu
pula dengan belajar, sekolah yang sudah menyediakan fasilitas belajar siswa
seperti, perpustakaan, labor, internet, itu semua tidak berarti apabila
siswanya tidak termotivasi dalam belajar.
Sedangkan
Clifford T. Morgan (dalam Wasty Soemato, 1983: 203) berpendapat bahwa:
motivasi
berhubungan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi,
ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating
states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated
behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends of such
behavior).
Sama halnya dengan pendapat Clifford, Mc. Donald
(dalam Oemar hamalik, 2002: 173-174) mengungkapkan bahwa “motivasi itu
mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu perubahan energi, timbulnya
afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan pendapat Mc.
Donald ini, maka pengertian motivasi dapat dijelaskan sebagai berikut sebagai
berikut:
1. Motivasi
dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan-perubahan dalam
motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem
neurofisiologis dalam diri manusia, misalnya adanya perubahan dalam sistem
pencernaan adanya menimbulkan motif lapar.
2. Motivasi
ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). Mula- mula
merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi
ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan ini mungkin disadari, mungkin
juga tidak. Misalnya Si A terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa
tertarik pada masalah yang akan dibicarakan, dia akan berbicara dengan suara
yang cepat dan lancar.
3. Motivasi
ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi
mengadakan respon-respon yang tertuju ke arah suatu tujuan. Respon-respon ini
berfungsi mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam
dirinya. Setiap respon merupakan suatu langkah ke arah pencapaian tujuan.
Misalnya seorang mahasiswa ingin mendapatkan IP yang baik, maka ia akan belajar
dengan keras, membaca buku, memahami materi kuliah dengan baik, dan lain
sebagainya.
Menurut
Oemar Hamalik (2002: 175) “motivasi itu merupakan suatu hal yang mendorong
timbulnya suatu perbuatan, mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
dikehendaki, dan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan itu”. Motivasi
hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait dengan kebutuhan, maksudnya
bahwa individu mempunyai dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai mana
diungkapkan oleh Ashar Sunyoto Munandar (2001: 323) “suatu proses dimana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan
yang mengarah ke arah tercapainya tujuan tertentu, tujuan yang jika berhasil
dicapai akan memuaskan atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut”. Sedangkan
Motivasi menurut John W. Santrock (2008: 510) “proses yang memberi
semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya perilaku yang termotivasi
adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.”
Berdasarkan
pendapat para ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa motivasi itu merupakan
dorongan dasar yang menggerakkan seseorang dalam bertingkah laku dalam mencapai
suatu tujuan.
Dengan demikian yang dimaksud dengan motivasi belajar mahasiswa adalah
keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan
belajar/proses perkuliahan yang menjamin kelangsungan dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai.
Motivasi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar di
perguruan tinggi, dan motivasi dipengaruhi oleh tujuan yang akan dicapai dengan
belajar. Makin tinggi tujuan belajar maka akan semakin besar pula motivasinya,
dan semakin besar motivasi belajarnya akan semakin kuat pula kegiatan
belajarnya. Ketiga komponen kegiatan atau perilaku belajar tersebut, saling
berkaitan erat dan membentuk suatu kesatuan yang disebut sebagai proses
motivasi belajar. Proses motivasi belajar ini meliputi tiga langkah yaitu:
1. Adanya suatu kondisi yang terbentuk dari tenaga-tenaga
pendorong belajar (desakan, kebutuhan, dan keinginan belajar ) yang
menimbulkan suatu ketegangan dalam diri mahasiswa.
2. Berlangsungnya kegiatan atau perilaku belajar yang diarahkan pada pencapaian
tujuan belajar akan mengendurkan atau menghilangkan ketegangan.
3. Pencapaian tujuan belajar dan berkurangnya atau hilangnnya ketegangan di
dalam diri mahasiswa (Nana Syaodih Sukmadinata, 2007: 382).
B. Jenis-Jenis
Motivasi
Dalam
membicarakan soal jenis-jenis motivasi, hanya akan dibahas dari dua sudut
pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang
disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang
yang disebut motivasi ektrinsik.
1. Motivasi
Intrinsik
Motivasi
intrinsik adalah ”hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar” (Muhibbin Syah, 1995:
136-137). Senada itu Thornburg (dalam Elida Prayitno, 1989: 10-11);Syaiful
Bahri Djamarah (2008: 149) mengungkapkan bawa motivasi intrinsik itu merupakan
keinginan bertindak yang disebabkan faktor pendorong dari dalam diri
(internal) individu yang tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap
diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain
individu terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya
faktor dari luar.
Di
dalam proses belajar siswa yang termotivasi secara intrinsik dapat dilihat dari
kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa
butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya, bukan karena keinginan
mendapatkan pujian, hadiah dari guru.
Gage
dan Berline (dalam Elida Prayitno, 1989: 11) mengemukakan bahwa mahasiswa yang
termotivasi secara intrinsik aktifitasnya lebih baik dalam belajar dari pada
mahasiswa yang termotivasi secara ektrinsik. mahasiswa yang memiliki motivasi
intrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktifitas yang tinggi dalam belajar.
mahasiswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan
masalah pelajaran dengan benar, atau dapat mengerjakan tugas perkuliahan secara
baik. Belajar di kelas, kelompok. Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas menjadi
tantangan dan tanpa paksaan ia mau melakukannya.
Jadi,
motivasi intrinsik itu muncul berdasarkan tujuan yang diinginkan mahasiswa
dalam belajar, tanpa adanya pengaruh dari luar seperti dari dosen, orang tua,
maupun lingkungan masyarakat.
2. Motivasi
Ektrinsik
Motivasi
belajar dikatakan ektrinsik bila mahasiswa menempatkan tujuan belajarnya di
luar faktor-faktor situasi belajar (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 151).
mahasiswa belajar karena hendak mencapai angka tertinggi, diploma, gelar,
kehormatan, pujian, disegani, dan sebagainya.
Motivasi
ektrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukan dan tidak baik dalam
pendidikan. Motivasi ektrinsik diperlukan agar mahasiswa mau belajar. Di dalam
kelas banyak sekali mahasiswa yang dorongan belajarnya memerlukan motivasi
ektrinsik. Mereka memerlukan perhatian dan pengarahan yang khusus dari dosen.
Namun untuk hal ini tentunya motivasi ektrinsik tidak lagi menjadi prioritas
mahasiswa. Mereka harus membangkitkan semangat belajar dari dalam dirinya
sendiri untuk mencapai kesuksesan di perguruan tinggi.
C. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi
A. Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Ada beberapa faktor
untuk mempengaruhi motivasi belajar menurut (Max Darsono dkk 2000: 34) antara lain:
a. Cita-cita atau aspirasi
Cita-cita atau apirasi adalah suatu target yang ingin dicapai.
Penentuan target ini tidak sama bagi semua mahasiswa. Target ini diartikan
sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi
mahasiswa.
b. Kemampuan
Dalam belajar dibutuhkan kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa
aspek psikis yang terdapat dalam diri mahasiswa, misalnya kecerdasan,
pengamatan, perhatian dan daya pikir analisa
c. Kondisi mahasiswa
Kondisi mahasiswa meliputi kondisi fisik (kesehatan) dan kondisi
psikologis misalnya emosi. Kondisi ini terkadang menganggu aktivitas mahasiswa
dalam kuliah, misalnya saja mahasiswa yang kurang sehat motivasi belajarnya
akan berbeda sewaktu dia dalam keadaan sehat. Begitu pula kondisi psikis
mahasiswa, misalnya dia sedang mengalami patah hati atau putus dari pacarnya,
hal ini akan berdampak buruk bagi mahasiswa yang tidak bisa
menempatkan/mengendalikan emosinya secara baik. Dia malahan banyak murung
daripada mengerjakan berbagai tugas-tugas perkuliahan.
d. Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan mahasiswa meliputi lingkungan keluarga, lingkungan kos, lingkungan
kampus dan lingkungan masyarakat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang
keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali khususnya kondisi-kondisi
yang sifatnya kondisional misalnya emosi mahasiswa, gairah belajar, situasi
belajar, situasi dalam keluarga.
f. Cara Dosen Mengajar
cara yang dimaksud di sini adalah bagaimana seorang dosen
mempersiapkan diri sebelum mengajar, ketepatan waktu, materi yang disampaikan,
keakraba dengan mahasiswa, dsb.
A.
Faktor untuk memotivasi diri sendiri
Ada beberapa tips untuk memotivasi diri sendiri,
yaitunya :
1. Berhenti menunda-nunda
Menunda-nunda adalah hal yang bisa membunuh impian
kita, juga mampu membunuh motivsi atau pengembangan diri dalam diri kita
sendiri. Tetapkan batas waktu untuk mencapai suatu tujuan, dan berpeganglah
pada menajemen kepemimpinan & pengembangna kepemimpinan dengan batas waktu
yang kita tentukan sendiri. Dengan memiliki perasaan di kejar batas
waktu, kita juga akan lebih focus dan berusaha untuk memenuhi tujuan
PSYCHOTRONICA tersebut.
2. Mengadiahi diri sendiri
Setiap orang merasa senang bila di berikan hadiah
atau penghargaan ketika menyelesaikan sesuau atau tujuan tertentu. Jadi,
cobalah untuk memberikan hadiah atau menghargai diri(manajemen diri) kita
sendiri ketika kita menyelesaikan satu bagian dalam perencanaan kita untuk
mencapai tujuan akhir kita.
3. Bersenang-senanglah
Dalam melakukan pengembangan diri atau pekerjaan
kita sering di hadapkan dengan masalah ataupun beban fikiran yang berat, jadi
rasa humor yang cukup bisa menjadi salah satu kunci untuk sukses. Cobalah untuk
tdak terlalu berat memikirkan masalah dan pekerjaan. Belajarlah untuk menikmati
apa yang kita lakukan setiap hari, sehingga kita termotivasi dan merasa
antusias.
C. Cara untuk membantu memotivasi diri
1. Susun rencana dengan membuat komitmen yang tidak bisa di batalkan
untuk mendapatkan tujuan itu.
2. Pertimbangkan segalanya dalam waktu lama dan bukan hanya dalam
waktu singkat
3. Motivasi diri dengan memotivasi orang lain
4. Bicara dengan orang yang positif
5. Gunakan percakapan dengan diri sendiri atau penegasan yang
positif
6. Jangan bermuram durja, lakukan saja
7. Dengarkan materi yang memotivasi
8. Baca buku dengan baik
9. Tepuk tangan.
10. Berikan penghargaan diri
Setiap orang sukses, tak
peduli siapa mereka atau darimana mereka berasal, mengalami kegagalan sebelum
berhasil. Kegagalan hanyalah bagian dari poses belajar yang tentu saja membantu
kita untuk tumbuh.
Pada saat yang sama
kegagalan juga mempesiapkan kita dan memastikan bahwa kita menghargai
kesuksesan kita ketika ia benar-benar terjadi. Singkatnya jika kita mengalami
kegagalan, lihatlah itu sebagai suatu kondisi yang tidak terelakkan dan kita
bisa melewati kegagalan itu menuju kesuksesan.
Ada beberapa tips untuk mengatasi kegagalan :
Ø Cari
kesuksesan dalam kegagalan
Ø Cari
penyebabnya
Ø Gambarkan
kesuksesan di masa lal untuk mengurangi kegagalan saat ini
Ø Hitung
“berkah dan hikmah” yang tersimpan dalam keggalan kita
Ø Buat
rangkuman positif
Ø Latihan
menyempurnakan.
D.
Peningkatan
Motivasi Belajar Mahasiswa Berdasarkan Teori Humanistik
Kaum
humanistik yakin bahwasanya motivasi itu dikontrol dari dalam diri individu itu
sendiri. Kesadaran dari individulah yang membuat ia terdorong untuk belajar.
Meskipun awalnya motivasi datang dari luar namun untuk meyakinkan itu sebuah
motivasi, maka individu sendirilah yang akan bergerak untuk melakukannya. Ada
beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai indikator tingkah laku mahasiswa yang
memiliki motivasi yang diarahkan oleh diri sendiri menurut Klausemeler (dalam
Elida Prayitno, 1989: 88-87) dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Mahasiswa
mulai mengerjakan tugas-tugas perkuliahan tepat waktu, dan berusaha
menyelesaikannya secara baik dan dikerjakan oleh diri sendiri atau dibahas
secara kelompok.
2. Berkunjung
ke rumah/kos teman, kakak kelas maupun ke rumah dosen atau situasi-situasi lain
dalam rangka mendapatkan bahan masukan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
3. Dengan
segala senang hati memperbaiki tugas-tugasnya sampai benar-benar sempurna.
4. Mahasiswa
merasa bertanggung jawab terhadap keberhasilannya dalam belajar.
5. Tetap
belajar di kelas seperti membaca buku, diskusi, meskipun dosen tidak ada di
kelas.
6. Selalu sibuk melakukan apa saja yang
dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya dengan sarana yang ada di
kampusnya.
7. Mempunyai
interaksi sosial yang harmonis dengan mahasiswa lainnya.
8. Mempunyai
interaksi yang harmonis dengan dosen-dosen.
9. Menghemat
dan memelihara harta benda sendiri atau milik orang lain.
10. Berani
mengemukakan pendapatnya di ruangan kelas.
E.
Kiat fisik untuk membangkitkan motivasi
Ada beberapa kiat, di
antaranya :
1.
Pastikan diri
kita barada pada posisi akan memulai
Posisi memulai bukan
berarti secara mental, tetapi juga secara fisik. Artinya kita menggerakkan
fisik kita dalam posisi stand by untuk melakukan suatu pekejaan.
2.
Segarkan badan
Bekerja bukan hanya
membutuhkan fikiran dan perasaan yang fresh tapi juga fisik yang fres karena
dapat membuat kita semangat untuk melakukan aktivitas apapun. Hindari bekerja
tanpa istirahat sehingga kita mengalami kelelahan kronis, terlalu lelah akan
membuat semangat menurun secara dratis.
3.
Lakukan
olahraga
Olah raga yang teratur akan
mambuat tubuh menjadi sehat dan segar sehingga tidak cepat merasa lelah. Hal
ini membuat anda dapat beraktivitas secara teratur dalam waktu yang lama.
Pilih waktu olah raga yang
membuat anda termotivasi untuk berolahraga, mungkin anda perlu mengajak orang
lain untuk berolahraga besama atau ikuti club olahraga.
4.
Perhatikan penampilan
Penampilan yang bersih dan
rapi dapat membangkitkan motivasi. Mengubah penampilan juga dapat membuat kita
kembali bersemangat, terutama jika kita bosan dengan penampilan sehari-hari
5.
Jauhi rokok,
alcohol, dan obbat-obatan terlarang
Jauhi sejauh-jauhnya !
jangan coba mendekat !
6.
Hindari makan
terlalu kenyang
Makan yang terlalu kenyang akan
menbuat badan menjadi malas bergerak, langsung mengantuk. Dan rasulallah
mengajarkan makanlah secukupnya, makan yang baik itu berhenti sebelum kenyang.
7.
Hilangkan
kebiasaan suka tidur
Sulit bagi orang yang suka
tidur untuk bekerja dengan giat dan rajin.
8.
Lakukan
relaksasi
Relaksasi
adalah aktivitas yang membuat kita merasa rileks. Salah satu contoh
relaksasi adalah dengan berbaring dan melemaskan seluruh tubuh, kemudian
menarik nefas selama 15 detik, lalu hembuskan secara perlahan-lahan, lakukan berulang-ulang.
9.
Atur posisi
tubuh dan cara berjalan
Orang
yang bekerja dengan posisi tubuh yang tepat tentu lebih tahan lama bekerja
daripada orang yang posisi tubuhnya kurang tepat. Cara berjalan yang di
anjurkan adalah berjalan agak cepat seakan-akan kita melangkah di jalan yang
menurun. Cara berjalan ini akan membuat kita bersemangat dan merasa waktu
bergerak cepat sehingga tidak ada waktu untuk berleha-leha.
10.
Makanan
bergizi. Makanlah makanan yang halal lagi baik. baik tapi
tidak halal, jelas ini harus di hindari.
(Danny Pasya Alghiffari/12.2C.14/12133640)