Anehnya, meski lembaga itu mendapatkan
legitimasi dari masyarakat internasional, mengapa Israel yang telah
memorak-morandakan Palestina, tidak tersentuh oleh semua lembaga
tersebut?. Apakah benar lembaga-lembaga tersebut hanyalah sebuah
permainan politik global dari negara-negara adikuasa, termasuk di
dalamnya adalah Israel?
Asumsi itu muncul karena, meski konflik
Israel-Palestina ini sudah berjalan cukup panjang, tetapi tidak satupun
dunia internasional yang bersimpati memberikan sanksi kepada Israel.
Bahkan, ketika kita baca gerak-gerik PBB di dalam menyelaisaikan
konflik Israel-Palestina, hanya menjadi “macan opong” yang tak punya
nyali ketika menghadapi Israel. Bukti nyata dari itu semua adalah masih
terjadinya agresi militer Israel ke Palestina sampai hari ini.
Kata “Peperangan” nampaknya sangat sulit
dihapus dalam kamus kehidupan ini, termasuk dalam kamus kehidupan
rakyat Palestina. Semenjak negeri ini memplokamirkan kemerdekaanya
hingga dewasa ini, Rakyat Palestina masih di hatui rasa cemas akibat
peperangan yang tidak kunjung usai melanda negerinya. Bahkan, dari
hari-kehari kondisinya semakin memperhatinkan. Berbagai macam penyakit
akibat radiasi bom mulai manjangkiti anak-anak Palestina, mereka banyak
yang mati dengan sia-sia, atau ketika mereka hidup, nasib mereka
tergadaikan dan terlantar. Sungguh sebuah pilihan hidup yang sangat
membingungkan bagi anak-anak Palestina.
Novel yang berjudul Palestine’s
Children, Kisah Perjuangan Hidup Anak-Anak Palestina karya Ghassan
Kafani ini, menceritakan kisah-kisah yang memilukan, menyayat hati
bahkan miris dari perjuangan anak-anak Palestina. Inilah potret buram
dari penyembelihan hak asasi manusia paling dasyat di abad 20 ini.
Penyembelihan hak asasi manusia itu terjadi di Bumi Palestina. Anehnya,
meski penyembelihan hak asasi ini sudah berjalan cukup lama, dunia
internaisonal seakan bungkam. Cerita duka Palestina yang di liput media
juga tak ubahnya hiburan publik dan komediti semata.
Perang Israel-Palestina telah
menimbulkan keresahan bagi rakyat Palestina. Banyak anak-anak Palestina
yang yatim karena dosa yang tidak pernah mereka lakukan, demikian juga
ibu-ibu menjanda karena suaminya mati dalam peperangan yang tidak
pernah mereka inginkan dan harapkan. Suara isak tangis, suara orang
sakit yang mendengis, serta suara-suara yang menyentuh hati menambah
kesedihan dan suasana menyekam di bumi Palestina.
Perjuangan anak-anak Palestina yang di
certitakan Ghassan Hanafi dalam novel ini sungguh luar bisa. Di tengah
perang yang berkecamuk, di tengah gemuruh bom yang menggoncang
perkampungan mereka, tetapi semangat hidup mereka masih tetapi tinggi.
Anak-anak Palestina seakan tidak pernah lelah, tidak pernah putus asa
berjuang melawan haus, lapar bahkan melawan kematian yang sewaktu-waktu
mengancam jiwa mereka.
Israel boleh menghancurkan dan membasmi
orang-orang Palestina. Tetapi Israel tidak akan mampu menyurutkan
cita-cita kemerdekaan Palestina. Keyakinan itulah menyusup dan mengalir
dalam darah anak-anak Palestina dan seluruh rakyat Palestina.
Keyakinan rakyat Palestina itu di teguhkan dengan karya Ghassan Hanafi
dalam novelnya ini.
Terkisah dalam novel ini ada seorang ibu
di kamp yang dengan bangga mengutus putra-putra mereka untuk begabung
dengan para tentara, ada juga seorang dokter yang dengan bangga membatu
para korban hingga ikut menjadi korban keganasan tentara Israel, ada
juga seorang anak yang meminjam senapan ayahnya untuk ikut berjuang
bersama dengan tentara-tentara lainya. Kisah-kisah perjuangan anak-anak
Palestina itu ditulis oleh Ghassan Hanafi dengan bernas dan lincah
dalam novelnya ini. (hal 49-95)
Dilahirkan di Acre tahun 1956, Ghassan
Hanafi menghabiskan sisa hidupnya menjadi guru di kamp-kamp pengungsian
sembari menulis beberapa karya sastra. Karya Sastra yang di tulis
Hanafi beraneka ragam. Ada yang berupa cerpen, laporan jurnalistik
serta novel. Semua karya-karyanya itu lahir dari buah pengalaman,
pergulatannya sendiri bersama anak-anak Palestina. Tidak pelak lagi
jika Ghassan Hanafi dijuluki sebagai penulis pertama Palestina yang di
dalam tulisan-tulisannya menyuarakan perlawan serta membawa misi
perjuangan serta memberikan semangat kepada seluruh rakyat Palestina.
Hanafi memang menamakan karya sastranya
dengan karya perlawanan. Sebenarnya ada banyak karya-karya Hanafi yang
terkumpul ketika menjadi guru bersama anak-nak Palestina. Ada si Bocah
Pergi ke Kamp, Senjata-Senjata di Kamp, bahkan dalam karyanya Aalam
Laysa Lana (A Word Which is Not Ours) menceritakan penulis sendiri
terbunuh bersama keponakannya. Nah, novel yang berjudul Palestine’s
Children, Kisah Perjuangan Hidup Anak-Anak Palestina ini merupakan
gabungan dari karya-karya Ghassan Kanafi tersebut. Karena kedekatan
Hanafi dengan anak-anak Palestina inilah yang membuat novel ini menjadi
hidup dan meyentuh perasaan, menggugah serta mengharukan hati para
pembacanya.
________________________________________
Sumber: Kompas
Judul buku : Palestines Children, Kisah Perjuangan Hidup Anak-Anak Palestina
Judul buku : Palestines Children, Kisah Perjuangan Hidup Anak-Anak Palestina
Persensi: Danuji Ahmad
Penulis : Ghassan Kanafi
Penerbit :Navila, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal buku :299 halaman
Penulis : Ghassan Kanafi
Penerbit :Navila, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2011
Tebal buku :299 halaman